REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sebanyak 40 persen nelayan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan yang dapat merusak dan memutus kelestarian biota laut.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon Wisono, Sabtu (3/10), mengatakan jumlah nelayan keseluruhan yaitu 22.000 orang dan 6.000 perahu.
"Dari jumlah nelayan yang begitu banyak, masih ada juga yang menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan," katanya.
Dengan alat tangkap tersebut, lanjutnya, maka akan menimbulkan efek yang kurang baik bagi biota laut yang ada di Kabupaten Cirebon.
Ia mengatakan jika para nelayan masih menggunakan alat tangkap yang merusak, maka tidak diragukan lagi biota laut akan tinggal nama, karena alat tangkap itu menangkap semua ikan, baik itu berukuran besar ataupun ikan yang masih kecil.
"Jika nelayan itu masih menggunakan alat tangkap seperti arad, appollo, garok dan alat tangkap yang tak ramah lingkungan lainnya, maka akan terjadi masa paceklik yang berkepanjangan," tambahnya.
Ia melanjutkan dengan masih adanya para nelayan yang menggunakan alat tak ramah lingkungan tersebut, dikhawatirkan mata rantai kelestarian biota laut akan terputus dan nelayan tidak dapat menangkap ikan lagi.
"Inilah yang menjadi keprihatinan pemerintah, jika para nelayan masih menggunakan alat tangkap yang tak ramah lingkungan," tuturnya.
Semoga dengan adanya peraturan menteri tentang alat tangkap, maka para nelayan bisa mengganti alat tangkap dengan alat tangkap yang ramah lingkungan.