REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Taman-taman yang bertebaran di Jakarta diupayakan tak terbengkalai apalagi sepi pengunjung. Salah satu yang dilakukan, komunitas Kemitraan Kota Hijau bekerja sama dengan sejumlah komunitas dan pemerintah kota menginisiasi Gerakan #AyoKeTaman pada Ahad (4/10).
Gerakan tersebut diharapkan makin membuka kesadaran masyarakat menyadari keberadaan taman di sekitarnya. Untuk selanjutnya, taman ikut dirawat dan dihidupkan dengan kegiatan-kegiatan berguna.
"Selama ini masyarakat lebih memilih pergi ke mal, akibatnya, taman-taman banyak yang mati," kata Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga pada Ahad (4/10).
Ia juga merupakan koordinator Komunitas Kemitraan Kota Hijau. Dari 1.173 taman, kata dia, yang mati atau kurang terawat sebanyak 50 persen. Kondisi tersebut dipicu oleh biaya pemeliharaan taman yang rendah, ditambah masyarakat yang belum peduli dengan keberadaan taman di sekitarnya.
Akibatnya, taman di Jakarta kerap disalahgunakan menjadi tempat kriminalitas, mesum dan kumuh akibat banyak sampah. Ujung-ujungnya, taman-taman yang lokasinya strategis menjadi sasaran empuk para investor untuk melakukan alihfungsi lahan. Misalnya, taman menjadi apartemen atau pusat perbelanjaan.
Pada 1985, DKI Jakarta memiliki 25,85 persen ruang terbuka hijau (RTH). Pada 2000, jumlah tersebut menyusut menjadi 9 persen. "Sekarang bertambah menjadi 10 persen," ujarnya. Jika kondisi tersebut terus dibiarkan, RTH yang idealnya 30 persen dari wilayah suatu kota menurut UU 26/2007 makin jauh dari harapan.
Data 50 persen taman kota di DKI yang mati versi pengamat dibantah Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Ratna Diah Kurniati. Ditegaskannya, tidak ada taman yang mati, hanya saja ada yang tidak aktif yakni berjumlah 20 persen dari total taman yang ada.