REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Polisi Israel menutup akses ke kota tua Yerusalem bagi warga Palestina yang bukan penduduk daerah tersebut. Pembatasan dilakukan setelah dua serangan terhadap warga Israel terjadi dalam waktu kurang dari 12 jam.
‘’Akses ke kota tua di Yerusalem Timur saat ini untuk penduduk daerah, pemilik bisnis lokal, siswa yang bersekolah di daerah, warga Israel, dan wisatawan,’’ kata polisi Israel seperti dikutip dari laman Al Jazeera, Ahad (4/10).
Polisi menambahkan, pembatasan akan berlangsung selama dua hari. Pada Ahad (4/10) pagi, seorang pria Palestina ditembak mati oleh polisi setelah ia menikam seorang remaja Israel di wilayah Bab Al-Amoud Yerusalem.
Sebelumnya pada Sabtu (3/10) malam, dua warga Israel dibunuh, seorang wanita, dan anaknya terluka dalam serangan tusukan yang dilakukan oleh seorang pria Palestina di Yerusalem Timur. Pelaku penusukan itu dilakukan oleh Muhannad Halabi (19 tahun) dari Kota al-Bireh di wilayah pendudukan Tepi Barat.
Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Saab Erekat, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kekerasan yang dilakukan warga Palestina terhadap Israel adalah reaksi terhadap siklus kekerasan sistematis Israel, pendudukan, dan pembangunan pemukiman.
"Tindakan Israel adalah indikasi bahwa Perdana Menteri Benyamin Netanyahu berusaha untuk menghindari kewajibannya untuk mengakhiri konflik ini dan sedang berusaha untuk melegitimasi bangunan ilegal permukiman Yahudi di wilayah Palestina yang diduduki,’’ kata Erekat.