REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Panitia Festival Penulis Singapura (Singapore Writer's Festival) menghapus salah satu nama penulis Indonesia dari daftar, yakni Sitok Srengrenge. Keputusan ini diambil setelah penyair tersebut terseret dalam kasus dugaan pelecehan seksual mahasiswa Universitas Indonesia beberapa waktu lalu.
Panitia memutuskan tidak menyertakan Sitok setelah sebuah surat terbuka tuduhan pelecehan seksual disampaikan pada Ahad (4/10). Padahal, Sitok merupakan salah satu nama yang diajukan oleh anggota komunitas seni Indonesia.
"Setelah pemeriksaan yang seksama terhadap kabar yang terangkat. Kami membahas masalah dengan penulis dan mitra program kami (The Arts House), Festival Penulis Singapura telah menarik Sitok Srengenge dari program," kata Direktur festival, Yeow Kai Chai seperti dilansir dari Today Online, Senin (5/10).
Keputusan ini diambil setelah sebelumnya panitia mulai mengamati kabar di media sosial. Sebuah surat terbuka di media sosial telah ditandatangani oleh 133 individu dan 19 organisasi yang mengecam Sitok.
Elemen ini berasal dari kalangan ulama, dosen, mahasiswa, aktivis, penyair, penulis dan orang-orang dari berbagai komunitas budaya dan sosial terkemuka di Indonesia.
Penghapusan nama Sitok ini otomatis membatalkan penampilan dirinya di Singapura. Padahal, ia dijadwalkan untuk membacakan puisi pada 31 Oktober mendatang.
Sitok sendiri tahun lalu dilaporkan seorang mahasiswi Universitas Indonesia (UI). Ia diduga berbuat tidak menyenangkan dan mengarah pada perlakuan asusila.
Sitok merupakan penyair Indonesia yang telah menerbitkan novel dan koleksi esai. Sitok merupakan sosok yang aktif di teater sebagai aktor, sutradara, kritikus, dan penulis drama. Berbasis di Yogyakarta, ia mengelola sebuah rumah penerbitan dan ruang seni independen yang disebut Senthong Seni Srengenge.