Senin 05 Oct 2015 02:08 WIB

Penampilan Sitok Srengenge Terganjal Kasus Pelecehan Mahasiswi UI

Rep: C26/ Red: Ilham
Budayawan Sitok Srengenge usai diperiksa atas kasus perbuatan tidak menyenangkan di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (5/3).
Foto: ANTARA FOTO/ Teresia May/ss/ama/14
Budayawan Sitok Srengenge usai diperiksa atas kasus perbuatan tidak menyenangkan di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Penampilan sastrawan Sitok Srengrenge di Festival Penulis Singapura (Singapore Writer's Festival) dibatalkan karena kasus dugaan pelecehan seksual mahasiswa Universitas Indonesia (UI) beberapa waktu lalu. Padahal, ia dijadwalkan untuk membacakan puisi pada 31 Oktober mendatang.

Panitia Festival Penulis Singapura memutuskan tidak menyertakan Sitok setelah sebuah surat terbuka tuduhan pelecehan seksual disampaikan pada Ahad (4/10). Padahal, Sitok merupakan salah satu nama yang diajukan oleh anggota komunitas seni Indonesia.

"Setelah pemeriksaan yang seksama terhadap kabar yang terangkat. Kami membahas masalah dengan penulis dan mitra program kami (The Arts House), Festival Penulis Singapura telah menarik Sitok Srengenge dari program," kata Direktur festival, Yeow Kai Chai seperti dilansir dari Today Online, Senin (5/10).

Panitia yang mengamati kabar di media sosial menemukan sebuah surat terbuka yang telah ditandatangani oleh 133 individu dan 19 organisasi yang mengecam Sitok. Elemen ini berasal dari kalangan ulama, dosen, mahasiswa, aktivis, penyair, penulis dan orang-orang dari berbagai komunitas budaya dan sosial terkemuka di Indonesia.

Sitok sendiri tahun lalu dilaporkan seorang mahasiswi Universitas Indonesia (UI). Ia diduga berbuat tidak menyenangkan dan mengarah pada perlakuan asusila.

Sitok merupakan penyair Indonesia yang telah menerbitkan novel dan koleksi esai. Sitok merupakan sosok yang aktif di teater sebagai aktor, sutradara, kritikus, dan penulis drama. Berbasis di Yogyakarta, ia mengelola sebuah rumah penerbitan dan ruang seni independen yang disebut Senthong Seni Srengenge.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement