REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama penulis serta penyair Indonesia, Sitok Srengrenge dihapus dari daftar penampil dalam Festival Penulis Singapura (Singapore Writer's Festival). Hal ini menyusul munculnya surat terbuka di media sosial.
Surat itu mengatakan Sitok telah dinyatakan sebagai tersangka dalam insiden pemerkosaan yang terjadi pada tahun 2013. Bahkan, tercatat sudah ada tiga perempuan muda yang melapor atas tuduhan pelecehan seksual yang dilakukan Sitok.
Para aktivis hak-hak perempuan juga memprotes dan meminta pembatalan nama Sitok sebagai perwakilan penulis Indonesia. Dimasukkannya Sitok dinilai akan membahayakan nilai-nilai dalam festival. Mulai dari hak asasi manusia, keadilan, dan kesetaraan gender dalam literatur.
"Sastra adalah alat untuk menyuarakan perjuangan (perempuan) dan juga merupakan cara untuk mendidik masyarakat. Oleh karena itu, kami mohon Anda untuk menarik nama (nya) dari program sebagai isyarat solidaritas untuk gerakan pemberantasan banalitas kekerasan seksual di Indonesia," salah satu kutipan yang tertera dalam surat terbuka yang dilansir dari Today Online, Senin (5/10).
Surat terbuka tersebut di media sosial itu telah ditandatangani oleh
133 individu dan 19 organisasi yang mengecam Sitok. Elemen ini berasal dari kalangan ulama, dosen, mahasiswa, aktivis, penyair, penulis, dan orang-orang dari berbagai komunitas budaya dan sosial terkemuka di Indonesia.
Tahun lalu, sebuah petisi juga sudah ditandatangani oleh lebih dari 2.400 orang mendesak polisi di Jakarta untuk menghukum penyair yang diduga memperkosa seorang mahasiswa Universitas Indonesia itu. Dia dilaporkan melakukan tidak senonoh, kejahatan asusila dan pencabulan.