REPUBLIKA.CO.ID, BENDIGO -- Segelintir anggota United Patriots Front (UPF), kelompok anti-Islam di Australia, melakukan adegan penyembelihan boneka di depan kantor Balai Kota Bendigo, sekitar dua jam dari Melbourne.
Dalam aksi yang dilakukan pada akhir pekan itu, sebuah boneka seukuran manusia dipotong oleh pentolan UPF. Di antara mereka, ada yang mengenakan kain putih penutup kepala, seakan-akan ingin meniru kelompok teroris di Timur Tengah yang sedang mengeksekusi korbannya.
Setelah boneka itu dipotong kepalanya, mereka juga menyiramkan darah tiruan. UPF melakukan aksi tersebut terkait rencana pendirian masjid di Kota Bendigo.
Pemerintah Kota Bendigo telah menyetujui permohonan Asosiasi Islam Bendigo mendirikan masjid pada Juni 2014.
Sejumlah warga yang tidak setuju, menggugat persetujuan ini ke peradilan administratif (VCAT), tapi kalah. Tidak puas, warga tersebut menggugat lagi ke peradilan banding Victorian Court of Appeal. Akan tetapi, lagi-lagi gugatannya tidak berhasil.
Pada September lalu rapat Pemerintah Kota Bendigo terpaksa dibubarkan akibat diganggu oleh teriakan-teriakan puluhan warga yang menyuarakan keberatan mereka terhadap rencana pembangunan masjid.
Sebelumnya, kelompok UPF mengadakan aksi demo di Kota Bendigo pada Agustus dan berencana melakukan aksi lanjutan. Namun, pada Jumat (2/10) pekan lalu warga Bendigo melaksanakan acara barbeku untuk mendukung toleransi dan keberagaman di kota itu.
Asosiasi Islam Bendigo sebelumnya menyatakan, akan tetap melakukan pembangunan masjid meskipun terus diprotes sejumlah pihak.
Seorang pengurus asosiasi, Heri Febriyanto, yang berasal dari Indonesia menyatakan, aksi-aksi protes tidak mencerminkan pandangan masyarakat Bendigo secara luas.
"Mayoritas warga Bendigo mendukung kami. Kami akan selalu mendukung kedamaian dan keharmonisan di sini," kata Heri Febriyanto.