Senin 05 Oct 2015 16:59 WIB

Kasus Salim Kancil, Ini Komentar Marwan Soal Pertambangan

KTP milik Salim Kancil.
Foto: Republika/Andi Nurroni
KTP milik Salim Kancil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus pembunuhan Salim Kancil membuktikan bahwa pemanfaatan tata kelola sumber daya alam (SDA), seperti pertambangan di desa masih belum dikelola secara baik dan profesional.

Menanggapi persoalan tersebut, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar menyayangkan kejadian pembunuhan Salim Kancil sebagai seorang aktivis yang mengkritisi proses penambangan di Desa Selo Awar-awar, Kabupaten Lumajang, membuktikan bahwa pengelolaan pertambangan tidak dikelola secara baik dan hanya menguntungkan beberapa pihak saja.

"Pengelolaan sumber daya alam di desa memang perlu di tata secara profesional dan menguntungkan semua masyarakat desa. Jangan sampai ada pengelolaan SDA seperti pertambangan yang hanya menguntungkan kepala desa saja," ujar Marwan dalam siaran pers di Jakarta, Senin (5/10).

Pengelolaan pertambangan, menurut Marwan, harus dikelola secara bersama agar manfaatnya bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat. "Pengelolaan SDA seperti pertambangan bisa dikelola secara bersama oleh Masyarakat melalui BUMDes, ataupun usaha kelompok lainnya yang difasilitasi oleh pemerintahan desa, sehingga manfaatnya juga bisa dirasakan bersama," tandasnya.

Marwan menjelaskan, BUMDes sebagai wadah penguatan ekonomi pedesaan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa, akan tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai sosial dan tradisi gotong royong antar masyarakat yang saat ini sudah mulai terkikis.

"Dengan adanya BUMDes, masyarakat bisa sama-sama saling memiliki dan menjaga aset yang dimiliki oleh desa. Tidak hanya sekedar berorientasi pada materi yang mementingkan sebagian kelompok saja," imbuhnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Salim Kancil merupakan petani yang  vokal menolak kegiatan penambangan pasir di Desa Selo Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Kapolres Lumajang Ajun Komisaris Besar Fadly Munzir Ismail mengatakan pembunuhan itu dilatarbelakangi perselisihan antara para petani yang produksi pertaniannya rusak akibat kegiatan penambangan dan warga yang mencari nafkah dengan menambang pasir.

Menurut dia, sekelompok warga propenambangan pasir diduga menganiaya Salim, dikenal sebagai Salim Kancil pada Sabtu (26/9) pagi. Selain Salim, beberapa orang diduga menganiaya Tosan, petani yang juga menentang aktivitas penambangan pasir. Tosan luput dari maut dan dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement