REPUBLIKA.CO.ID, KUNDUZ -- Pejabat Afghanistan mengatakan serangan pada Sabtu pagi pekan lalu di rumah sakit milik Médecins Sans Frontières atau Dokter Tanpa Batas (MSF) sebenarnya menargetkan Taliban.
Gubernur Kunduz Hamidullah Danishi mengatakan pemberontak Taliban bersembunyi di dalam rumah sakit milik MSF dan menembaki pasukan keamanan.
"Rumah sakit itu 100 persen digunakan Taliban," kata Danishi pada Washington Post, Ahad (4/10).
MSF menyangkal ada Taliban di rumah sakit mereka. Menurut staf, tidak ada pertempuran saat itu di sekitar rumah sakit yang juga berfungsi sebagai pusat trauma. MSF menyebut pernyataan pejabat setempat sangat menjijikkan.
"Pernyataan itu menyiratkan pasukan Afghanistan dan AS bekerja sama untuk meruntuhkan sebuah rumah sakit yang berfungsi penuh. Ini merupakan pengakuan dari kejahatan perang," kata Direktur Jenderal MSF, Christopher Stokes.
MSF menarik staf-staf mereka dari kota Kunduz pascainsiden. Hal ini menjadi pukulan bagi penduduk lokal karena mereka tidak punya pilihan lain untuk perawatan medis dengan standar yang tinggi seperti yang dimiliki MSF.
Sebanyak 12 staf MSF dan 10 pasien tewas karena insiden tersebut. Mereka tertimbun reruntuhan ketika bom menghancurkan gedung utama rumah sakit. Bangunan juga dilalap api pascaterhantam bom.
MSF mengatakan jumlah korban kemungkinan meningkat. Pasalnya, jumlah pasien yang dirawat saat insiden terjadi berjumlah sekitar 180 orang.