REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Badan SAR Nasional (Basarnas) menyatakan, proses evakuasi korban jatuhnya pesawat Twin Otter Aviastar di ketinggian sekitar 7.000 kaki di Desa Ulusalu, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulsel memerlukan waktu evakuasi sekitar delapan jam.
"Tetap evakuasinya menggunakan empat helikopter, hanya saja untuk bisa sampai pada lokasi jatuhnya pesawat itu memang harus menempuh perjalanan darat sekitar delapan jam," ujar Direktur Operasi dan Latihan Basarnas Brigen TNI (Mar) Ivan Ahmad Rizki Titus di Makassar, Selasa (6/10).
Dia mengatakan, hal itu terjadi karena untuk menjangkau lokasi medannya cukup berat. Brigjen Ivan mengaku roses evakuasi korban Aviastar itu akan menggunakan tandu setelah dimasukkan dalam kantung jenazah yang telah dipersiapkan.
"Dari Desa Ulusalu, personel jalan kaki lagi dan tidak bisa naik mobil ke Desa Gamaru karena memang daerah pegunungan. Itu memakan waktu sekitar empat jam. Kemudian lanjut lagi pendakian di ketinggian 7.000 kaki atau dua kilometer lebih juga butuh waktu empat jam," katanya.
Sebelumnya, pada pencarian di hari kedua, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo menyebut pencarian pesawat Twin Otter Aviastar yang hilang kontak sejak Jumat, (2/10) memiliki medan yang sangat berat.
"Situasi medan berat, 80 persen pegunungan, tebing cukup curam, hutan lebat dan tidak berpenghuni sehingga yang cocok memang hanya menggunakan helikopter," katanya.
Ia mengatakan pesawat Aviastar yang ditemukan oleh Kapolres Luwu AKBP Adex Yudiswan bersama warga dan tim SAR gabungan itu sudah hancur.
Perwira tinggi ini menyatakan telah berangkat ke lokasi penemuan pesawat tersebut untuk melihat langsung.
Pesawat Aviastar hilang kontak sekitar pukul 14.36 WITA dalam perjalanan menuju Makassar, 11 menit setelah lepas landas dari Bandara Andi Jemma, Masamba, Jumat (2/10). Pesawat tersebut mengangkut tiga kru dan tujuh penumpang.
Pesawat jenis PKBRM/DHC6 milik Aviastar dengan nomor penerbangan MV 7503 diterbangkan oleh Capt Iri Afriadi dengan Ko-pilot Yudhistira serta teknisi Sukris. Sementara tujuh penumpang lainnya yakni Nurul Fatimah, Lisa Falentin, Riza Arman, Sakhi Arqam, M. Natsir, Afif (bayi satu tahun) dan Raya Adawiah (balita tiga tahun).