REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi tata kelola air dari Universitas Indonesia Firdaus Ali menyebut pengelolaan air limbah menjadi kebutuhan sehari-hari sangat bermanfaat. Tak hanya untuk masyarakat yang kekurangan air, tapi juga pengusaha.
Firdaus menyebut gedung-gedung perusahaan yang mempraktikan pengelolaan air bekasnya bisa mendapatkan untung. Dibanding terus menggunakan air PAM.
"Sekarang Grand Indonesia 2200 meter kubik perhari yang dia sudah diclaim. Kalikan kalau dia beli PAM 12250 rupiah permeter kubiknya. Padahal dengan mengelola air bekas tadi cuma 4 ribu rupiah perjubik. Itu payback investasinya cuma 2 tahun," ungkapnya usai menghadiri Workshop Rencana Penggabungan PAM Jaya dan PAL Jaya di Hotel Grand Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (6/10).
Saat ini baru 38 gedung di sekitar Sudirman Thamrin yang memanfaatkan pengelolaan air limbah. Ia berharap dalam jangka waktu dekat Jakarta bisa mulai mempraktikannya.
Praktik pengelolaan air limbah ini diceritakannya sudah ia gagaskan sejak tahun 2005. Namun baru bisa terealisasi agar disosialisasikan oleh Pemprov saat ini. Ia berharap ini menjadi solusi ancaman krisis air beraih di Jakarta.
Ia mendukung rencana penggabungan dua isntansi BUMD Pemprov DKI tersebut. Sesuai titah gubernur, penggabungan keduanya harus bisa mulai dijalankan akhir tahun 2015.