REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Hingga kini, pihak kepolisian belum merilis secara resmi kronologi penyiksaan terhadap Tosan, petani penolak tambang di desa Selok Awar-Awar, yang sekarang masih menjalani perawatan medis karena luka parah yang dia diderita.
Selain rekonstruksi cerita yang dilakukan wartawan, sejumlah organisasi sosial nirlaba juga bergerak secara mandiri melakukan penyelidikan atas kasus kekerasan di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang tersebut.
Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) Surabaya dan Center for Marginalized Communities Studies (CMARs) Surabaya meminta keterangan berbagai pihak untuk membuat kronologi utuh kejadian kekerasan di Desa Selok Awar-Awar. Jika dalam pemberitaan sebelumnya, cerita terfokus kepada kisah kematian Salim Kancil, Pusham Surabaya dan CMars juga secara mendetail menyusun kronologi penyiksaan terhadap Tosan.
Berikut adalah penggalan kronologi penyiksaan Tosan, hasil investigasi yang dilakukan oleh dua pegiat Puham Surabaya dan CMars, Johan Avie dan Abdul Karim, yang diterima Republika di Surabaya, Rabu (7/10).
Pada 26 September 2015, Pukul 06.25, Imam, rekan Tosan, menerima telepon dari Tosan. Tosan meminta Imam untuk datang ke rumahnya, dan mengajak Imam berangkat bersama-sama melakukan demonstrasi di balai desa dan menyegel lokasi penambangan pasir.