REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Pemerintah Yaman berjanji pada Rabu (7/10) untuk tinggal di ibu kota sementara Yaman, Aden, meski ISIS melakukan serangan mematikan di kantor pemerintahan sementara Yaman.
‘’Pemerintah Yaman bersikeras melanjutkan peran nasional dan sejarah di Aden sampai semua wilayah negara berhasil dibebaskan," kata pernyataan pemerintah yang dikeluarkan setelah pertemuan kabinet seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Rabu (7/10).
Dua bom menargetkan kantor sementara pemerintah Yaman di Hotel Al-Qasr Aden. Ledakan itu kemudian melukai beberapa menteri meskipun Perdana Menteri Yaman Khaled Bahah lolos tanpa cedera. Dua penjaga dilaporkan tewas. Dua bom juga menghantam instalasi militer yang digunakan oleh pasukan koalisi Arab, yang mendukung pemerintahan sah Yaman dan melawan militan Houthi.
ISIS mengklaim serangan tersebut dan mengumumkan nama-nama dan foto-foto dari empat pengebom bunuh diri itu. Aksi ini adalah pertama kalinya dilakukan kelompok ekstrimis dan mengklaim bertanggung jawab. ISIS sebelumnya menargetkan masjid Syiah yang sering dikunjungi oleh milisi.
Koalisi Arab mengatakan bahwa salah satu warga Arab Saudi dan tiga tentara Emirat termasuk di antara korban yang tewas. Bahah dan menterinya kembali ke Yaman pada 16 September setelah enam bulan berada di pengasingan di Arab Saudi.