REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Ibu dari korban Pesawat Twin Otter Aviastar, Co-Pilot Yudhistira F Arianto, Hardianing Astiti Eka (59 tahun) berharap proses identifikasi atau pemeriksaan antemortem dan postmortem di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar bisa rampung. Ia berharap putranya dapat teridentifikasi secepatnya.
"Semoga prosesnya segera selesai. Yudhistira itu anaknya sangat baik, bijaksana, rajin ibadah dan sangat perhatian sama keluarganya," ujar Hardianing Astiti Eka di Posko Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sulselbar di Makassar, Rabu (7/10).
Dia yang sejak sore terus menunggu hasil identifikasi oleh tim dokter forensik tidak henti-hentinya menatap ruang jenazah sambil menunggu kedatangan para dokter tersebut. Hardianing mengaku dirinya terakhir berkomunikasi dengan anaknya itu sesaat sebelum menerbangkan pesawat dari Masamba, Luwu Utara menuju Makassar, Sulawesi Selatan.
Bahkan dirinya mengingatkan kepada anaknya itu apakah telah melaksanakan ibadah shalat zuhur dan telah melaksanakan shalat sunnah atau belum. Namun pesan singkat yang dikirimkan melalui smartphonenya (HP) itu tidak mendapatkan balasan. Dirinya terus menghubungi anaknya itu hingga jelang Magrib.
"Beberapa kali saya telepon sekitar jam lima sore, tapi tidak aktif. Nanti saya tahu setelah melihat di televisi kalau pesawatnya hilang kontak," ucapnya.
Korban Yudhistira F Arianto yang menjadi Co-Pilot pesawat Aviastar jenis PKBRM/DHC6 itu hingga saat ini belum bisa dikenali oleh tim dokter forensik karena kondisi jenazah yang hangus terbakar. Ibu korban mengaku jika nanti setelah jenazah anaknya telah dipastikan, maka dirinya akan membawanya ke kampung halamannya dan dimakamkan di Kompleks Perumahan Korem, Jalan Majapahit, Pelasa Kuta, Bali.
Sebelumnya, tim dokter forensik DVI RS Bhayangkara, Polda Sulsel telah mengumumkan tiga orang korban yang sudah teridentifikasi yakni Nurul Fatimah (26) warga Jalan Sunu ll/3, Kecamatan Tallo, Makassar.