REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG --- Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Pemprov Sumsel) telah melakukan inventarisasi jumlah lahan dan hutan yang terbakar selama 2015 yang telah memicu terjadinya kabut pada beberapa daerah di provinsi ini.
“Sudah tercatat kebakaran lahan dan hutan sudah mencapai 128.314 hektar. Lahan terbakar tersebut tersebar pada tiga kabupaten, yaitu Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin dan Ogan Ilir. Luas lahan yang terbakar itu diperkirakan juga termasuk kawasan perkebunan,” kata Gubernur Sumsel Alex Noerdin, Kamis (8/10).
Berdasarkan instruksi dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional (BPN) menurut Gubernur Alex Noerdin terhadap lahan konsesi yang terbakar tersebut, izin perkebunan termasuk pada HGU ditinjau ulang.
“Itu menjadi rekomendasi yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dan perkebunan. Sudah jelas intruksinya. Kementerian Agraria inginkan lahan yang terbakar, meski baru merupakan izin konsensi untuk dicabut. Segera, setelah api padam intruksi tersebut dilaksanakan,” katanya.
Sebaran luas lahan yang terbakar tersebut di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) seluas 88.267 hektar, Kabupaten Musia Banyuasin (Muba) seluas 34.187 hektar, dan di Kabupaten Ogan Ilir (OI) seluas 5.860 hektar. Meski merinci luasan lahan terbakar, Alex tidak memjabarkan apakah lahan tersebut merupakan perkebunan dengan izin usaha atau sebatas izin konsensi.
“Apakah lahan yang terbakar itu seluruhnya perkebunan, coba konfirmasi dengan Dinas Perkebunan. Saya yakin juga ada lahan perkebunan. Setelah penanggulangan kita inventarisasi termasuk kerugian negara atas kebakaran lahan dan hutan tersebut,” ujar Alex Noerdin.
Gubernur Alex Noerdin menyatakan kebakaran tahun tahun ini yang melanda Sumatera Selatan merupakan kejadian kebakaran lahan dan hutan terparah. “Dengan fenomena iklim musim kemarau, El Nino membuat kekeringan di Sumatera Selatan akan berlangsung lebih lama. Badan Meteorlogi memperkirakan, hujan baru akan intens turun bulan Desember mendatang. Itu meleset dari perkiraan awal yang memperkirakan pada awal November sudah memasuki musim hujan,” kata Alex Noerdin.
Alex Noerdin juga menjelaskan, lahan gambut yang seharusnya berfungsi menyimpan air menjadi kering karena kemarau dan mudah terbakar akibatnya sulit dipadamkan. “Saat ini, kita fokus bagaimana bisa ada hujan, dan api tidak meluas,” ujarnya.
Untuk penanggulangan kebakaran lahan dan hutan di Sumsel menurut Alex Noerdin sudah maksimal dilakukan. “Untuk memadamkan api sudah ada 5.000 personil TNI berada di dua kabupaten, yaitu Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin. Mereka sudah berusaha memadamkan api selama hampir satu bulan. Pemerintah pusat juga sudah menerjunkan armada pemadaman hingga mengembalikan posisi heli ke Sumatera Selatan kembali.”