REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran pada Rabu (7/10) menyatakan akan memboikot Frankfurt Book Fair pada pekan depan setelah penyelenggara mengundang penulis kontroversial Salman Rushdie, yang menurut kaum akademisi Iran layak dibunuh, sebagai pembicara tamu.
Kementerian Luar Negeri Iran menuding pameran buku tersebut "dengan dalih kebebasan berekspresi, telah mengundang seseorang yang dibenci di dunia Islam dan memberikan kesempatan untuk Salman Rushdie berpidato".
Dalam pernyataan itu juga disebutkan Republik Islam Iran memprotes keras rencana kehadiran Rushdie dan telah memutuskan tidak akan berpartisipasi dalam pameran buku yang merupakan salah satu event terbesar dunia itu.
Kementerian juga mengimbau negara-negara Muslim lain untuk bergabung dalam tindakan boikot tersebut.
Terkait hal itu, Wakil Menteri Kebudayaan Iran Abbas Salehi menuturkan, "Panitia pameran memilih tema kebebasan berekspresi tetapi mereka mengundang seseorang yang menghina keyakinan kita".
Iran juga telah mengeluarkan fatwa bahwa Rushdie, seorang Muslim dan warga negara Inggris yang hidup di Amerika Serikat itu, layak dihukum mati setelah ia menerbitkan novel keempatnya berjudul Ayat-Ayat Setan (The Satanic Verses).
Pendiri Republik Islam Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa setelah dirinya dan tokoh-tokoh Muslim lain di dunia, mengatakan Rushdie telah menggambarkan Nabi Muhammad secara tidak hormat.
Fatwa tersebut memaksa Rushdie bersembunyi dan membuat pemerintah Inggris menempatkannya di bawah perlindungan polisi. Beberapa tahun terakhir, Rushdie telah menghadiri banyak acara publik meskipun kadang membatalkan dengan pemberitahuan singkat.
Khomeini meninggal pada 1989 namun penerusnya, yakni pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengatakan pada 2005 bahwa fatwa tersebut masih berlaku dan menyatakan Rushdie sebagai seorang murtad yang layak dibunuh.