Kamis 08 Oct 2015 23:46 WIB

Perindo: Jangan Sampai Indonesia Makin Terpuruk

Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo.
Foto: Antara
Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo mengatakan permasalahan ekonomi saat ini harus diselesaikan bersama-sama. Semua pihak harus bahu-membahu agar perekonomian Indonesia tidak terpuruk lebih lama.

"Ini menjadi masalah serius milik kita bersama dan menjadi masalah kita bersama karena Indonesia milik semua. Kita tidak ingin melihat Indonesia terpuruk lebih lama," ujarnya.

Ia mengatakan, Indonesia terancam dengan situasi perekonomian yang lebih buruk dibanding tahun 1998 silam. Dimana pada saat itu yang terjadi adalah krisis finansial, terkait bank-bank yang bermasalah.

"Saat ini yang kita hadapi bukan krisis keuangan lagi, tetapi krisis ekonomi yang sangat struktural. Semua pihak kena dari atas sampai bawah. Yang bawah lebih cepat kenanya karena dengan dollar yang tinggi, yang kita makan pun kita impor, jadi mereka kena dampaknya duluan," jelasnya.

"Jika sampai tahun 2016 kondisi ekonomi masih berlanjut, bahkan lebih buruk kita tidak bisa bayangkan bagaimana kondisi bangsa kita tahun depan," katanya.

Hary menilai, saat ini Indonesia tak lagi memiliki fundamental ekonomi yang kuat. Tak ada yang bisa diandalkan Indonesia sejak harga komoditas mengalami penurunan. Berkilas balik kebelakang, pada tahun 1970-an, Indonesia ditopang oleh oil boom.

Saat itu Indonesia masih menjadi pengekspor minyak. Selanjutnya pada tahun 1980-an hingga 1990-an Indonesia bersandar pada industri. Sedang tahun 2000-an hingga tiga tahun yang lalu Indonesia memiliki andalan yaitu komoditas.

"Kesimpulannya, apa yang menjadi kekuatan Indonesia di masa lalu sudah tidak ada lagi," katanya.

Selain itu Hary menyoroti masalah kesenjangan sosial. Menurutnya pembangunan ekonomi Indonesia lebih cenderung kepada masyarakat menengah ke atas. Pembangunan masih fokus pada proyek-protek besar, sehingga makin lama kesenjangan makin lebar.

"Sehingga masyarakat kita di tatanan menengah ke bawah seperti petani, nelayan, UMKM, buruh, selalu ketinggalan. Apalagi dengan kondisi kita saat ini, semakin kelihatan sekali," ujarnya lagi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement