REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull menyampaikan komentar terkuatnya soal penembakan yang terjadi Parramatta, Jumat pekan lalu (2/10). Menurutnya aksi penembakan tersebut sebuah aksi terorisme dan pembunuhan brutal.
Turnbull memberikan komentar paling keras setelah Farhad Jabar, anak laki-laki berusia 15 tahun, menembak mati pekerja akuntan kantor kepolisian negara bagian New South Wales, Curtis Cheng, pekan lalu.
"(Cheng) dibunuh dalam aksi terorisme oleh seorang anak 15 tahun, kami yakin aksi tersebut termotivasi oleh pandangan ekstremis politik dan agama," kata Turnbull di Sydney.
Menurutnya, fenomena kekerasan ekstremis perlu dihadapi semua warga Australia, sementara budaya saling menghormati harus dipupuk di seluruh negeri.
Perdana Menteri memperingati siapa pun juga menyebarkan kebencian atau pandangan ekstremis akan menggerogoti keberhasilan bangsa Australia.
"Tidak ada kewajiban untuk tinggal di Australia, jika Anda menemukan nilai-nilai Australia tidak sesuai, dunia di luar masih luas dan semua orang bisa bebas bergerak," katanya.
"Mereka yang berusaha menggerogoti struktur sosial bukanlah bagian dari mimpi Australia. Mereka tidak memajukan kepentingan kita sebagai negara besar. Australia memiliki masa depan besar," katanya.
Komentarnya ini dinyatakan setelah ketua pengurus Masjid Parramatta, El-Kadomi Neil Neil mengatakan, "jika tidak suka Australia, silakan tinggalkan Australia".