REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengklaim warga Bidara Cina yang sebelumnya menolak untuk direlokasi, saat ini mulai kooperatif.
Walaupun mengaku belum sepenuhnya sesuai dengan harapannya, namun sebagian warga telah memindahkan diri tanpa paksaan.Sementara sejumlah warga yang masih bertahan, masih kukuh bahwa tidak ada sosialisasi sebelum relokasi dilaksanakan.
"Aduh kalimat itu (sosialisasi) gua udah bosen dengarnya dari tiga tahun lalu juga sama," katanya di Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (9/10).
Menurutnya, Pemprov juga telah bersikap baik karena mau menunggu pemindahan mereka. Tapi bila memang tak berkenan, Ahok juga mempersilakan warga bila hendak menggugat dan membawa masalah tersebut meja hijau.
"Kalau mau pindah, pindah saja. Kalau mau gugat, gugat saja," ujarnya.
Ahok pun menyampaikan rencananya untuk membenahi daerah Pasar Rumput. "Kita juga mau ubah Pasar Rumput buat kebaikan dia loh. Nanti bikin sampai 23 lantai. Dia juga gak perlu beli," jelasnya.
Sebelumnya Ahok pernah menyebut bahwa proses relokasi warga Bidara Cina berbeda dengan Kampung Pulo. Tanah yang ditempati Kampung Pulo sudah jelas milik negara. Sedangkan kepemilikan lahan di Bidara Cina, terbagi menjadi tiga sertifikat.
Oleh karena itu, Pemprov tidak mengganti rugi kepada warga, melainkan pada pihak yang memiliki sertifikat tanah. Relokasi warga Bidara Cina dilakukan karena daerah tersebut menjadi bagian dari proyek sodetan Kali Ciliwung.