REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menyebutkan, kebijakan pemerintah untuk melakukan mandatory biodiesel memiliki dampak positif terhadap penguatan rupiah. Kebijakan ini mewajibkan Pertamina dan PLN untuk menyerap biodiesel dalam negeri untuk bahan baku produksinya.
Rida menjelaskan bahwa ada dua poin positif yang bisa didapat setelah berlakukan mandatory biodiesel ini.
Pertama, lanjut Rida, adalah penghematan devisa untuk tidak mengimpor solar. Sampai akhir tahun ini, penghematan bisa mencapai 360 juta dolar AS dan diprediksi tahun depan 1,9 miliar dolar AS.
Manfaat kedua, adalah naiknya harga CPO (crude palm oil). Hingga bulan Oktober ini terbukti harga CPO berhasil merangkak naik ke angka 600 dolar AS per metrik ton, dari harga sebelumnya sebesar 450 dolar AS per metrik ton.
"Kalau harga CPO naik dan harga ekspornya naik, maka dengan sendirinya aliran devisa makin deras ke dalam. Dengan sendirinya bisa mempengaruhi penguatan rupiah," ujar Rida di kantornya, Jumat (9/10).
Di saat yang sama, mandatory biodiesel ini juga "memaksa" untuk menekan impor solar. Hal ini menjadikan adanya double impact akibat penetapan mandatory biodiesel. Harga CPO yang merangkak naik juga dipercaya bisa meningkatkan kesejahteraan petani dan perlahan bisa mengembalikan daya beli masyarakat, khususnya petani.