REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Kalangan transgender di Kota Cimahi yang tergabung dalam Srikandi Perintis Cimahi meminta pemerintah, khususnya pemerintah kota Cimahi, untuk lebih memperhatikan nasib mereka di dunia pekerjaan.
Wakil Ketua Srikandi Perintis, Boogie Lesmana menuturkan, saat ini kalangan waria di Cimahi amat sulit untuk melamar pekerjaan di beberapa perusahaan atau pabrik di Cimahi.
Sebab, jika ingin diterima di perusahaan, maka rambutnya harus dipotong terlebih dulu. "Ya kita kan enggak pada mau," kata dia, Jumat (9/10).
Karena ada aturan tersebut, banyak di antara mereka yang lebih memilih menjadi pekerja lepas di tempat salon-salon rias di Cimahi. Karena, diakui Boogie, kebanyakan kalangan transgender memang memiliki bakat alami dalam merias penampilan.
"Banyak yang kerjanya di salon, mayoritas ya kerjaan kita di situ," lanjut dia.
Sebagian transgender tersebut ada yang menjadi pekerja di sebuah salon, dan sebagian lagi memiliki bisnis salon. "Sekitar 50 orang (transgender di Cimahi) punya usaha sendiri, kebanyakan usaha salon, 50 orang lagi jadi pekerja di salon," ujar dia.
Padahal, dari sisi latar pendidikan, kalangan transgender patut diperhitungkan. Seperti Boogie misalnya, ia lulusan D3 di bidang manajemen informatika di salah satu perguruan tinggi di Jakarta.
Kendati demikian, ia mengapresiasi adanya bantuan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat berupa pendanaan untuk berwirausaha. Bantuan tersebut bisa diperolehnya dengan pengajuan proposal terlebih dulu.
Boogie berharap, semua transgender di Cimahi bisa memanfaatkan bantuan tersebut agar bisa hidup lebih mandiri. "Kita akan berupaya menciptakan kalangan transgender yang lebih mandiri dari sisi ekonomi dan sosial," ujar dia.