REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sedikitnya 30 orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka dalam serangan teroris yang menyasar peserta demonstrasi di ibukota Turki, Ankara, Sabtu (10/10).
Dua ledakan di luar stasiun kereta utama di Ankara menarget ratusan orang yang berkumpul untuk memprotes kekerasan yang dilakukan pemerintah dan kelompok separatis Kurdi.
Otoritas Pemerintah Turki mengatakan ledakan tersebut merupakan serangan teroris yang kemungkinan merupakan bom bunuh diri. Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengadakan pertemuan dengan otoritas pemerintah dan kepala keamanan sebagai respon terhadap serangan tersebut.
Kementerian dalam negeri setempat mengkonfirmasi 30 orang tewas dalam ledakan tersebut serta melukai 126 orang lainnya. Saksi mata mengatakan bahwa ledakan kedua terjadi sekitar pukul 10 pagi waktu setempat. Ledakan dikatakan sangat kuat dan mengguncang bangunan tinggi di sekitarnya.
Pejabat setempat, Sirri Sureyya Onder mengklaim ada temuan kendaraan dan paket lain yang mencurigakan. Ahli bom telah dipanggil ke lokasi temuan.
Seperti dilansir the Guardian, belum ada kelompok yang mengklaim bertanggungjawab terhadap ledakan yang terjadi menyusul adanya rencana demonstrasi damai untuk memprotes konflik antara pemerintah dan militan Kurdi.
Ledakan tersebut terjadi tiga pekan sebelum pemilihan parlemen dan meningkatkan kekhawatiran keamanan setempat. Demonstrasi pro-Kurdi Partai HDP juga mendapat serangan bom pada Juni, sebelum pemilihan umum tahun lalu.