REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kilang residual fluid catalytic cracking (RFCC), yang merupakan unit baru di kompleks Kilang Cilacap milik PT Pertamina (Persero), mulai menyalurkan elpiji untuk memenuhi kebutuhan pasar Jateng dan sekitarnya. Dengan produksi elpiji dari Kilang Cilacap ini Pertamina bisa menghemat devisa negara.
General Manager Kilang Cilacap Pertamina Nyoman Sukadana menjelaskan, pihaknya telah menyalurkan elpiji perdana sebanyak 2.000 ton pada Jumat (9/10) lalu. "Elpiji disalurkan dari RFCC Cilacap melalui pipa dan disimpan di tangki Gas Domestik Marketing Operation Region IV Jateng di Kawasan Industri Cilacap," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Ahad (11/10).
Unit RFCC Cilacap, Jateng beroperasi secara komersial pada awal Oktober 2015 dengan produksi elpiji sebesar 1.066 ton per hari. Menurut Sukadana, sebelumnya, pemenuhan kebutuhan elpiji di Jateng dan sekitarnya berasal dari Kilang Cilacap sebanyak 200 ton per hari dan sisanya impor.
"Dengan beroperasinya unit RFCC yang menghasilkan produksi elpiji 1.066 ton per hari, maka kita dapat menekan impor elpiji untuk kebutuhan Jawa Tengah dan Yogyakarta sebesar 50 persen sehingga dampaknya signifikan untuk menghemat devisa negara," ujarnya.
Selain elpiji, RFCC Cilacap juga memproduksi Premium sekitar 30 ribu barel per hari dan propilen sebanyak 430 ton per hari. "Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi impor dan menghemat devisa negara hingga 5-6 persen per tahun," kata Sukadana.
Khusus Premium, pengoperasian RFCC Cilacap membuat impor bahan bakar tersebut berkurang sekitar 30 ribu barel per hari atau 10,95 juta barel per tahun yang setara dengan 10 persen impor.