REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tujuh perusahaan film Indonesia secara resmi membentuk Asosiasi Perusahaan Film Indonesia (APFI). Berdirinya APFI ini bertujuan agar perfilman Indonesia berkembang dengan meningkatkan kualitas dan kreativitas produksi film.
Ketujuh perusahaan film tersebut adalah Starvision, Maxima Pictures, Falcon Pictures, Mahaka Pictures, Soraya Intercine Film, Rapi Film dan Mizan Pictures. Dan satu anggota kehormatan Dede Yusuf selaku Ketua Komisi IX DPR RI periode 2014 sampai 2019.
Salah satu penggagas APFI, Chand Parwez Servia dari Starvision, menjelaskan perkembangan perfilman Indonesia dalam tiga tahun terakhir menunjukkan tren yang menurun. Hal ini dikatakanya sebagai satu situasi yang memprihatinkan. resiasi penonton terhadap filmn
Selama ini banyak pendapat yang menyalahkan suatu sistem sebagai penyebab, baik lemahnya apresiasi penonton, kurangnya layar bioskop atau perlunya campur tangan pemerintah dalam tata edar.
"Kami produser aktif dan tergabung dalam APFI mencoba tawarkan alternatif pemecahan masalah perfilman dengan pendekatan berbeda. Kami tidak menunggu penonton jadi apresiatif dulu, layar bioskop ditambah dulu atau pemerintah campur tangan dulu baru lihat secara lapang. Apapun masalah perfilman, ini masalah riil dan jadi tanggung jawab kami," ujarnya dalam deklarasi APFI di Hotel Mulia, Jakarta, Senin (12/10).
Karena itu APFI bertekad jadi bagian penyelesaian masalah itu. Ia mengatakan akan menjalin kerja sama dengan siapapun dan organjsasi manapun demi kemajuan perfilman Indonesia.
Dengan penduduk yang mencapai 240 juta jiwa dan pertumbuhan ekonomi yang selalu positif, APFI yakin potensi pasar film Indonesia masih sangat besar. Pertumbuhan ekonomi yang diiringi pertumbuhan ekonomi masyarakat pada akhirnya menumbuhkan pasar penonton yang sangat besar. APFI melihat ini sebagai peluang dan juga tantangan.