REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk mengembangkan industri perfilman Indonesia, salah satu faktor yang harus diperkuat adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Terlebih mulai 1 Januari mendatang, Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Hal tersebut diungkapkan oleh pembina Asosiasi Perusahaan Film Indonesia (APFI) Erick Tohir dari Mahaka Pictures.
Menurutnya, perusahaan film harus tahu bagaimana meng-upgrade sumber daya manusia. Bukan hanya perusahaan film yang diupgrade, tapi juga SDM berbasis kreativitas. Ia percaya bahwa SDM dari tanah air tidak kalah dengan negara lain.
"Saya melihat sendiri di Singapura perusahaan animasi SDM-nya banyak dari Indonesia. Sebanyak 70 persen dari Indonesia," ujarnya dalam deklarasi APFI, Senin (12/10) sore di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta.
Dalam memperkuat kualitas SDM menurutnya bisa dilakukan dengan beragam cara, misalnya bekerja sama dengan asosiasi film yang ada dinegara lain. Selain itu juga dengan menggelar seminar-seminar ataupun kunjungan ke luar negeri untuk melihat proses pengerjaan film di satu negara bisa berjalan dengan baik.
Karena itu, menurutnya tidak ada salahnya jika melihat ke luar negeri. Dengan begitu, kebaikan yang bisa diambil dari apa yang dilakukan negara lain dapat dipaparkan ke anggota dewan tentang apa saja yang regulasi yang harus ditetapkan.
"Kita harus lakukan hal-hal yang lebih riil daripada wacana," katanya.
Dengan begitu diharapkan Indonesia tidak lagi menjadi market perfilman dunia, namun bisa ikut berkontribusi di dalamnya.
"Kita harus melihat kesempatan itu. Kita mesti siap. Kalau kita jadi market, yang rugi kita terus. Kita harus siap terhadap persiangan industri internasional," tambahnya.