REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki memfokuskan penyelidikan mereka pada kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), terkait insiden bom kembar yang menewaskan sedikitnya 128 orang di Ankara. Perdana Menteri Turki mengatakan selangkah lagi mengidentifikasi salah satu pelaku.
Seperti dilansir The Guardian, Senin (12/10), Ahmet Davutoglu mengatakan, serangan merupakan upaya untuk mempengaruhi pemilihan umum negara yang akan berlangsung pada 1 November. Davutoglu mengatakan akan mengambil langkah yang diperlukan jika ditemukan masalah keamanan yang berkontribusi dengan aksi pengeboman.
"Itu pasti bom bunuh diri. Tes DNA sedang dilakukan. Hal itu sedang diselidiki bagaimana pembom bunuh diri sampai ke sana. Kami hampir menemukan nama, yang merujuk ke satu kelomopok," katanya.
Setidaknya 128 orang tewas dan lebih dari 200 terluka pada Sabtu (10/10), ketika dua ledakan menghantam sebuah aksi damai yang diselenggarakan oleh beberapa kelompok sayap kiri, termasuk serikat buruh dan partai Demokrat pro-Kurdi. Serangan tersebut tercatat sebagai serangan paling mematikan dalam sejarah Turki.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab, namun serangan mirip dengan bom bunuh diri di Suruc yang diduga dilakukan ISIS pada Juli lalu. Surat kabar Hurriyet mengatakan, jenis perangkat dan bahan peledak yang digunakan di Ankara sama dengan serangan di Suruc.