REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pemerintah Ukraina menyatakan, Senin (12/10) waktu setempat, bahwa pihaknya melarang semua maskapai Rusia terbang ke Ukraina mulai 25 Oktober sebagai balasan atas tindakan Moskow, yang menerapkan larangan serupa terhadap maskapai Ukraina bulan lalu.
Langkah balasan itu tampaknya hanya akan mengena pada dua perusahaan penerbangan, yaitu UTair Siberia serta maskapai kecil Saratov Airlines, karena Ukraina sudah terlebih dahulu mengusir perusahaan-perusahaan Rusia yang lebih besar sebagai pembalasan atas pencaplokan yang dilakukan Moskow terhadap Krimea tahun lalu.
Presiden Ukraina Petro Poroshenko pada 16 September 2015 memasukkan ke dalam daftar hitam maskapai penerbangan nasional Rusia, Aeroflot, serta tiga perusahaan negara lainnya yang menyelenggarakan penerbangan reguler ke bekas republik Soviet yang dicabik perang itu.
Juru bicara Dinas Udara Negara di Kiev mengatakan perusahaan-perusahaan penerbangan Rusia tidak akan diizinkan mendarat di Ukraina namun masih dibolehkan melintasi wilayah udaranya ke titik-titik tujuan lainnya. Keputusan itu menggarisbawahi masih adanya ketegangan di antara kedua negara kendati upaya-upaya masih dilangsungkan dalam upaya menemukan penyelesaian politik bagi krisis separatisme, yang berlangsung 18 bulan di Ukraina. Ukraina menunjuk Rusia sebagai biang keladi berlangsungnya krisis.
Orang-orang yang akan bepergian sekarang hanya bisa menyeberangi perbatasan Rusia-Ukraina dengan menggunakan kendaraan atau kereta api. Satu-satunya pilihan lain adalah dengan terbang melalui salah satu dari tiga negara Baltik atau negara lainnya yang relatif memiliki akses nyaman ke Rusia.