REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sekitar 145 pasukan keamanan Turki telah menjadi korban dalam 98 hari terakhir di tengah gelombang serangan dan konflik bersenjata. Angka itu dihitung sejak 7Juli lalu.
Dilansir dari Anadolu Agency. dari 145 personel keamanan yang tewas, 65 orang adalah petugas polisi, 78 orang tentara dan dua penjaga desa, yang semuanya tewas dalam beberapa serangan teroris yang dilakukan oleh kelompok terlarang, termasuk kelompok PKK dan ISIS.
Serangan teror juga merenggut nyawa 137 warga sipil, termasuk enam anak dan dua warga negara asing.
Jumlah kematian warga sipil termasuk serangan bom kembar pada Sabtu (10/10) lalu, di luar stasiun kereta api utama Ankara yang menargetkan pengunjuk rasa, dan menjadi serangan paling mematikan dalam sejarah Turki.
Serangan itu menewaskan 97 orang dan melukai 246 orang lain, dengan puluhan orang yang masih dalam kondisi kritis.
Ledakan itu telah mengguncang Turki sebagai negara yang hendak menghadapi pemilihan umum ulang tiga pekan mendatang, operasi kontraterorisme di tenggara dan perang sipil yang sedang berlangsung di perbatasan selatan di Suriah.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan mereka sedikit lagi dapat mengidentifikasi dua pelaku bom bunuh diri di Ankara, termasuk organisasi di balik ledakan tersebut.
Investigasi dilaporkan berfokus pada ISIS, yang pernah terkait dengan pengeboman Suruc yang menewaskan 33 orang, 20 Juli lalu.
"Bagi kami, tiga organisasi ini dipandang sebagai fokus potensi kejahatan, dan benar dari awal kita mengutamakan ISIS, mengingat metode dan kecenderungan umum," kata Davutoglu, mengacu pada ISIS, PKK dan DHKP-C.