REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf berharap jangan sampai ada lagi ditemukan sandal bertuliskan/berlafadz mirip Allah. Ia menilai kasus yang saat ini sudah sangat meresahkan masyarakat.
"Saya harap ini yang terakhir dan jangan ada lagi kasus serupa," ujar Gus Ipul, sapaan akrabnya, kepada wartawan di Surabaya, Selasa (12/10).
Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal era Kabinet Indonesia Bersatu jilid satu itu mengaku sudah mendengar kabar yang awalnya ramai dibicarakan di sosial media tersebut dan mendapat informasi dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU).
"KH Mutawakkil Alallah (ketua PWNU Jatim) sudah menghubungi saya dan memusnahkan sandal-sandal itu," ucapnya.
PT Pradipta Perkasa Makmur, kata dia, juga sudah mengakui sekaligus meminta maaf atas hasil produksi sandal yang desainnya cenderung menimbulkan keresahan publik tersebut. Selain itu, lanjut dia, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada aparat keamanan jika diperlukan pemeriksaan untuk mendalami unsur dalam kasus ini.
Sementara itu, Kapolres Gresik AKBP Ady Wibowo mengaku polisi bertindak cepat tidak lama setelah menerima informasi sandal tersebut dan menyita sekitar 600 sandal sebagai barang bukti lainnya yang ada di Jalan Raya Wringinanom Km 32 Gresik.
"Kami langsung bertindak cepat mengamankan sejumlah barang bukti cetakan sandal beserta sandal produksinya, agar tidak terjadi kesalahpahaman di kalangan masyarakat, sebab produksi sandal yang bertuliskan lafadz Allah pada alas kaki membuat sejumlah masyarakat marah," jelasnya.
Di sisi lain, Liem Long Hwa dari PT Pradipta Perkasa Makmur selaku produsen sandal itu meminta maaf kepada umat Islam melalui PWNU dengan ditandai pembakaran 10.000 alas kaki itu.
"Saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada saudara-saudara Muslim di seluruh Indonesia, saya sendiri kaget, perusahaan kami tak sengaja membuat sandal seperti itu," katanya.
Dalam kesempatan itu, Ketua PWNU Jatim KH Mutawakkil Alallah mengatakan pihaknya memang menangkap ada ketidaktahuan dari produsen, karena karyawannya juga banyak yang Muslim.
"Kalau itu (minta maaf) dilakukan, maka Muslim yang baik harus memaafkan. Kami minta masyarakat untuk tidak melakukan tindakan yang mengganggu ketertiban masyarakat," katanya.