REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Bahadir Demircan (37 tahun), korban selamat dalam dua ledakan bom di Ankara mengaku sulit mengekespresikan ketakutan yang dialaminya dan membayangkan bagaimana dia bisa bertahan.
"Kami melihat hal-hal yang tidak seorang pun ingin lihat dalam hidup mereka," kata pria berambut cokelat yang masih tampak lunglai dan sedih karena ingatan peristiwa pengeboman yang terjadi Sabtu (10/11) lalu itu.
Sejak terjebak dalam serangan terhadap sebuah aksi unjuk rasa damai di ibu kota Turki yang menewaskan 97 orang itu, Demircan belum kembali meneruskan pekerjaannya di bidang periklanan. Ia memilih berada di kamar mayat untuk mengidentifikasi jasad-jasad korban dan menghubungi keluarga mereka.
Baginya, itulah satu-satunya jalan untuk bisa bangkit dari apa yang dialaminya pada pukul 10.04 pagi pada Sabtu, 10 Oktober 2015. Sabtu itu dimanfaatkan orang-orang untuk turun ke jalan, menyampaikan protes dan berunjuk rasa di Turki.
Demircan yang merupakan anggota Partai Demokrasi Rakyat Kurdi (HDP) dinaikkan ke sebuah dolmus (minibus) kemudian berjalan sekitar setengah jam menuju alun-alun di depan stasiun kereta api Ankara.
Di tempat itulah selama beberapa jam kemudian kelompok sayap kiri dan aktivis Kurdi mempersiapkan unjuk rasa untuk meminta hak buruh, perdamaian dan demokrasi. Sebagian diantaranya juga mengecam operasi militer pemerintah terhadap pemberontak Kurdi.
Sebelum unjuk rasa dimulai pukul 13.00, ribuan orang telah berkumpul untuk bertemu teman-teman mereka dan melakukan persiapan. Dalam suasana meriah, kerumunan orang itu meneriakkan slogan-slogan, menyanyi, dan menari. Beberapa orang bahkan mulai piknik di pinggir jalan yang berumput.
"Ada sekitar 10 ribu orang saat itu. Orang-orang terus berdatangan. Semua teman saya ada di sana, mereka datang dari tenggara, dari Istanbul dan Ankara. Kami membahas kampanye pemilu (dijadwalkan pada 1 November). Saya bertanya bagaimana situasi di daerah mereka, apakah mereka masih bisa menyebarkan materi kampanye dengan mudah," kata Demircan.
"Kami juga membuat prediksi hasil pemilu," kata dia.
Namun kemudian ledakan pertama mengguncang alun-alun tersebut.