REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pelatih Persib Djadjang Nurdjaman mengaku sangat berharap partai final Piala Presiden dapat digelar di Stadion Gelora Bung Karno pada Ahad (18/10) mendatang.
Namun demikian ia menyadari untuk melakoni laga di Jakarta tentunya menimbulkan kerisauan tersendiri, terutama buat para suporter Persib. Djanur, demikian sapaan akrab dari Djadjang, merasa risau karena masih adanya konflik yang membekas antara bobotoh dan The Jakmania, kelompok suporter Persija Jakarta.
''Situasi non teknis yang harus diperhatikan dengan serius. Kehawatiran kita adalah bobotoh, kita tidak mau terjadi hal yang tidak diinginkan kepada bobotoh. Keamanan bagi para bobotoh, itu yang dikhawatirkan kita. Tapi saya rasa itu sudah ada yang mengurus, jadi saya bisa fokus ke tim,'' kata Djanur seperti dilansir dari laman resmi klub.
Djanur mengatakan sebenarnya sudah sangat ideal untuk menggelar final Piala Presiden ini di stadion berdaya tampung besar sekelas Stadion Gelora Bung Karno. Apalagi ia mengaku memiliki sejumlah kenangan manis dengan stadion ini.
Saat menjadi asisten pelatih Indra Thohir pada kompetisi Liga Indonesia I musim 1994/1995, Djanur pernah menuai sukses membawa gelar juara setelah mengalahkan Petrokimia Putra 1-0. Persib juga pernah menjadi jawara Perserikatan 1986, 1990 dan 1994. Bahkan pada juara 1986 gol Djadjang jadi penentu juara, dan 1990 dan 1994 menjadi pemain.
“Saya pribadi sangat senang jika final di Jakarta, mungkin bisa dikatakan nostalgia juga mengenang final-final bersama Persib dulu. GBK juga kapasitas dan kualitas lapangannya cukup baik, aura di sana juga cukup bagus,” kata Djadjang.