Rabu 14 Oct 2015 14:31 WIB

Bantuan Internasional Lambat, Pembangunan Gaza Terhambat

Seorang anak Palestina berdiri di depan rumahnya yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza, Palestina.
Foto: EPA/Mohammaed Saber
Seorang anak Palestina berdiri di depan rumahnya yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Jabber Kishko, yang berusia 49 tahun, dari selatan Kota Gaza baru saja selesai membersihkan puing dan reruntuhan rumahnya yang hancur total dalam agresi besar militer Yahudi pada musim panas lalu.

Bangunan berlantai tiga tersebut, yang dulu menampung 16 anggota keluarganya, rata dengan tanah dalam perang itu. Sejak itu, keluarganya telah tinggal di apartemen sewaan terpisah sambil menunggu pembangunan kembali rumah mereka.

Seperti juga Kishko dan keluarganya yang tinggal di Permukiman Zeitoon di Kota Gaza, ada puluhan ribu keluarga kehilangan rumah mereka selama agresi militer Yahudi dan masih menunggu proses pembangunan kembali yang berjalan lamban.

Donor Arab dan internasional dari lebih 50 negara yang bertemu di Kairo, Mesir tahun lalu dan memutuskan menyumbang 5,4 miliar dolar AS bagi rencana pembangunan kembali menyeluruh di Jalur Gaza.

Namun proses tersebut sejauh ini telah berjalan lamban seperti kura-kura, demikian keluhan warga di jalur pantai itu. Kishko mengatakan  ia sangat marah sebab sudah 14 bulan sejak perang berakhir dan satu tahun setelah janji para donor, dan tak ada satu pun yang dicapai.

"Tak seorang peduli kepada kami dan mereka membiarkan kami tanpa ganti rugi. Semua yang kami terima selama 14 bulan belakangan hanya pembayaran sewa selama enam bulan, dan saya membayar sewa tujuh bulan lagi dari kantung saya sendiri," kata Kishko.

Militer Israel melancarkan serangan besar udara dan darat ke Jalur Gaza dari 8 Juli sampai 26 Agustus tahun lalu, sehingga menewaskan 2.200 orang Palestina dan melukai lebih dari 11.000 orang lagi, selain menghancurkan banyak rumah, prasarana, lahan pertanian dan industri.

Setengah juta orang palestina kehilangan tempat tinggal, kebanyakan dari mereka tinggal di bangunan sekolah selama beberapa bulan setelah mereka kehilangan tempat tinggal mereka.

Menteri Perumahan di Pemerintah Palestina Mufeed Al-Hasaynah mengatakan rakyat Palestina sudah menerima 30 persen janji yang disampaikan donor internasional tahun lalu.

"Ini sebabnya mengapa proses pembangunan kembali di Jalur Gaza berjalan sangat lamban. Sebagian sumbangan negara donor yang terlambat atau ditangguhkan benar-benar menjadi penghalang utama, selain gencatan senjata jangka panjang belum dituntaskan," katanya.

Bank Dunia belum lama ini telah mengatakan kelemahan saat ini mencairkan sumbangan yang dijanjikan donor bagi rencana pembangunan kembali Jalur Gaza adalah alasan utama tidak berjalan cepatnya proses tersebut.

"Blokade ketat yang diberlakukan Israel atas Jalur Gaza adalah penghalang lain. Situasi hanya bisa membaik jika Israel meredakan blokade dan mengizinkan bahan bangunan memasuki Jalur Gaza dalam jumlah sangat banyak, dan jika negara donor memenuhi janji mereka," kata lembaga keuangan dunia itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement