Rabu 14 Oct 2015 15:34 WIB

Tosan: Saya Pura-pura Mati

Rep: Andi Nurroni/ Red: Taufik Rachman
Warga yang tergabung dalam Solidaritas Aktivis Anti Kekerasan menggelar teatrikal penganiayaan dan pembunuhan aktivis lingkungan Salim 'Kancil' dan Tosan di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (2/10).   (Antara/Zabur Karuru)
Warga yang tergabung dalam Solidaritas Aktivis Anti Kekerasan menggelar teatrikal penganiayaan dan pembunuhan aktivis lingkungan Salim 'Kancil' dan Tosan di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (2/10). (Antara/Zabur Karuru)

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Tosan (48), korban penyiksaan preman tambang pasir di Desa Selok Awar-Awar, Lumajang, telah pulang ke rumahnya sejak Selasa (13/10) malam. Kepada Republika, Tosan menceritakan secara singkat tragedi kekerasan barbar yang dia alami.

Menurut Tosan, saat itu, 26 September pagi, dia sedang duduk di bangku halaman rumah. Saat itulah, kata dia, segerombolan pria bermotor datang menyerbu rumahnya. Tanpa basa-basi, kata Tosan, mereka menghajarnya.

"Mereka bawa celurit, cangkul, bambu sama batu. Saya dipegangi, seluruh tubuh saya dihajar, mulai dari kaki sampai kepala," ujar Tosan di rumahnya, Rabu (14/10).

Menurut Tosan, dirinya sempat berontak lalu kabur ke belakang rumah. Ia berusaha bersembunyi di rumah tetangga, sayangnya tidak berhasil karena segera diketahui para preman.

"Saya lalu lari ke lapangan. Saya dikejar. Saya dihajar lagi,punggung saya digilas motor dua kali," ujar ayah tiga anak itu.

Saat digilas itu, kata Tosan, ia pura-pura telah meninggal. "Saya pura-pura mati. Kalau enggak begitu, saya bisa terus dihajar sama mereka," kata Tosan.

Menambahkan cerita suaminya, Istri Tosan, Ati Haryati (44), menceritakan, saat gerombolan datang, ia sedang berada di dapur. Mendengar kegaduhan suara motor, Ati bergegas berlari ke halaman.

"Saya lihat Bapak dipukuli di bawah pohon Mangga. Saya masih ingat wajah-wajah yang memukuli. Sampai sekarang di kelopak mata saya masih terlihat. Waktu itu bapak cuma teriak 'Ya Allah..., ya Allah...'," ujar Ati.

Melihat suaminya dipukuli, menurut Ati, dia kemudian memberanikan diri untuk melerai para preman itu. Atas usahanya itulah, menurut dia, Tosan bisa berontak dan lari ke belakang, lalu keluar melalui pintu belakang.

Tahu Tosan dipukuli di Lapangan, dia lalu mengejar ke sana. "Saya lihat Bapak diangkat empat orang. Masing-masing pegang tangan dan kakinya. Saya teriak-teriak, saya tarik-tarik Bapak. Tadinya dia udah dinaikin ke motor, terus dilempar lagi," ujar Ati.

Dengan bantuan tetangga, menurut Ati, Tosan langsung dilarikan ke puskesmas terdekat. Dari puskesmas, kata Ati, Tosan dirujuk ke RS Umum Lumajang, lalu dirujuk ke RS Bhayangkara, sebelum akhirnya jam tiga subuh pascakejadian, Tosan dirujuk ke RS dr Saiful Anwar, Malang.    

Meski telah terlihat sehat dan bisa bercengrama dengan orang-orang di sekitarnya, kepada Republika, Tosan mengeluh beberapa bagian tubuhnya masih terasa sakit. "Yang masih sakit di perut, tulang ekor sama punggung. Mungkin punggung ini karena terlalu banyak baring," kata Tosan.

Di bagian perut Tosan, seperti beberapa kali diperlihatkan kepada rekan-rekannya, terdapat luka jahitan sepajang kurang lebih 20 cm. Kata sang istri, lambung Tosan mengalami kebocoran sehingga harus dioperasi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement