REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Eva Kusuma Sundari mengkritik kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang prokapital dan kurang peduli terhadap penggusuran masyarakat miskin.
Menurut Eva, hal itu sangat berbeda dengan Joko Widodo yang lebih ramah terhadap masyarakat miskin. "Ahok dan Jokowi itu dua bandul yang berseberangan," katanya di Jakarta, Rabu (14/10).
Ia mengemukakan keberanian Ahok untuk menggusur masyarakat miskin karena Ahok percaya diri, masyarakat kelas menengah atas memberikan dukungan terhadapnya.
Padahal, menurut dia, dalam mengelola perkotaan tidak bisa meninggalkan masyarakat miskin dalam pembangunan. "Tapi masyarakat menengah kota malah happy, makin bersih, rapi. Padahal menggilas orang-orang miskin dan ini justru berbahaya," katanya.
Oleh sebab itu, menurut dia, Ahok juga perlu menumbuhkan kepedulian terhadap masyarakat miskin, mengingat mereka juga adalah warga negara Indonesia. "Semoga ini juga didengar," katanya.
Sementara itu, Politisi Partai Nasdem Akbar Faisal mengatakan, Ahok merupakan salah satu pemimpin yang dibutuhkan, karena berani dan tegas terhadap berbagai kebijakan yang diambilnya, meskipun tidak populer. "Namun tetap komunikasinya itu perlu diubah," katanya.
Saat ini, menurutnya, Nasdem merupakan satu-satunya partai politik yang memiliki ketertarikan untuk mendukung Ahok dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2017 mendatang.
Berdasarkan hasil survei SMRC yang dirilis pada hari yang sama Ahok menjadi nama yang paling banyak disebut oleh warga DKI Jakarta dengan 23,5 persen, di atas nama-nama lainnya seperti Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (tiga persen) dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani 1,4 persen. Survei yang dilakukan pada akhir Agustus 2015 tersebut menggunakan sampel 631 responden dengan menggunakan metode pertanyaan spontan tanpa diberikan pilihan nama.