REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Regent’s Park didirikan selama Perang Dunia II. Pembangunan masjid ini bertujuan untuk mengaktifkan kegiatan keislaman di Inggris yang dapat dilakukan dengan membangun masjid dan Pusat Kebudayaan Islam.
Pembangunan Masjid Regent’s Park juga menjadi bukti pengakuan dari Kerajaan Inggris terhadap keberadaan komunitas Muslim. Terlebih, umat Islam di negara tersebut telah memberikan dukungannya kepada Inggris dan sekutunya selama berlangsungnya perang.
Setelah realisasi pembangunannya sempat tertunda, akhirnya pada 1969, dibuka kompetisi internasional yang diselenggarakan untuk desain bangunan Masjid Regent’s Park. James Steele dalam tulisannya yang bertajuk Mosque and Islamic Cultural Centre Regent’s Park, London” mengungkapkan kompetisi itu diikuti oleh 52 peserta, baik dari kalangan Muslim maupun non-Muslim. Kompetisi tersebut dimenangkan oleh Sir Frederick Gibberd dari Inggris.
Sebanyak dua juta pounds dana disumbangkan untuk pembangunan Islamic Cultural Centre oleh Raja Faisal bin Abdul Aziz Al-Saud dari Arab Saudi. Bantuan lebih lanjut diberikan oleh penguasa Syekh Zayed bin Sultan Al Nahyan dari Abu Dhabi dan Presiden Uni Emirat Arab. Pada 1974, pekerjaan konstruksi dimulai. Pada Juli 1977, pekerjaan telah selesai dengan total biaya sebesar 6,5 juta pounds.
Masjid Regent’s Park bukan sekadar tempat ibadah bagi umat Islam. Masjid pusat London yang mampu menampung 5.000 jamaah itu dilengkapi dengan perpustakaan yang berada di lantai dua dan juga dilengkapi dengan kantin yang menyediakan makanan halal.
Sebab, agak susah juga mencari makanan halal di London, ujar Deden Mauli Darajat, mahasiswa pascasarjana Universitas Ankara, Turki, yang pernah berkunjung ke masjid itu. Selain itu, di lantai dasar masjid tersebut juga terdapat toko buku. Tentu saja buku yang dijual adalah buku-buku Islami yang berbahasa Inggris.
Masjid ini didirikan pada 1977 yang dirancang oleh arsitek Sir Frederick Gibberd. Masjid ini memiliki kubah emas terkemuka. Ruang utama dapat menahan lebih dari 5.000 jamaah. Masjid ini bergabung dengan Pusat Kebudayaan Islam yang secara resmi dibuka oleh Raja George VI pada 1944.
Peresmian ini sebagai hadiah tanpa syarat kepada komunitas Muslim Inggris, termasuk tanah untuk pembangunan tersebut yang disumbangkan oleh George VI. Ini diberikan sebagai imbalan sebuah situs di Kairo untuk katedral Anglikan.