REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan, Kamis (15/10), aparat telah menahan 12 orang terkait status yang mereka buat di Twitter. Kicau-kicauan itu ditengarai memiliki hubungan dengan aksi bom bunuh diri di Ankara yang menewaskan 99 orang.
Pernyataan Davutoglu tersebut disampaikan melalui siaran langung televisi TGRT, Kamis (15/10). Tidak jelas siapa saja dan latar belakang mereka yang ditahan.
Sebelumhya Davutoglu mengatakan, pelaku serangan bom di Ankara ditengarai memiliki kaitan dengan ISIS atau milisi Kurdi (PKK). Beberapa tersangka telah menghabiskan berbulan-bulan tinggal di Suriah.
"Kami terus melakukan investigasi atas dua organisasi teroris, Daesh (ISIS) dan PKK. Karena kami memiliki bukti pelaku bom bunuh diri memiliki hubungan dengan Daesh dan beberapa lainnya terkait PKK," ujarnya.
Menurut Davutoglu proses investigasi terus dilakukan. Pemerintah akan mencoba mencari tahu apakah ada kegagalan intelijen dalam peristiwa yang menewaskan 99 orang itu.
Pascaserangan aparat Turki melakukan penangkapan terhadap sejumlah orang yang ditengarai terlibat jaringan teroris. Davutoglu menegaskan, Turki memiliki hak untuk mempertahankan diri dari resiko yang terjadi di Suriah, terutama setelah militer Rusia melancarkan intervensi.