REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Para tetangga aktivis antitambang Salim Kancil, warga Desa Selok Awar-Awar, Lumajang, berharap babak tragedi berdarah di desanya segera berlalu. Sebagian warga ingin masalah yang menyedot perhatian nasional itu segera dituntaskan agar mereka bisa melanjutkan hidup secara normal.
Sutikno, salah seorang warga mengaku mulai terganggu secara psikologis melihat hilir-mudik aparat kepolisian dan orang-orang asing di desanya. Tak hanya itu, menurut pria 40-an tahun tersebut, beberapa bidang kehidupan warga terdampak secara langsung oleh kejadian tersebut.
"Beberapa tetangga saya yang sedang menyelesaikan bangunan, susah mendapatkan pasir. Bawa pasir dari pantai enggak boleh. Beli pun sulit," ujar Sutikno dijumpai dalam forum rekonsiliasi warga pascakonflik yang digelar Kementerian Koordinator Politik Hukum dan HAM (Kemenkopolhukam) di Balai Desa Selok Awar-Awar, Kamis (15/10).
Sutikno berharap, para pemangku kebijakan bertindak cepat menyelesaikan masalah yang terjadi di desanya. Ia bersyukur di desanya kini tak ada tambang pasir. Namun begitu, kata dia, timbul masalah lanjutan jika warga tidak bisa mendapatkan pasir untuk membangun rumah mereka sendiri.