REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso menyebut kerusuhan Aceh Singkil dipicu oleh pembangunan rumah ibadah yang tanpa izin. Menurut Sutiyoso, umat kristiani Aceh Singkil telah diberi izin untuk membangun satu gereja dan 14 undung-undung atau rumah peribadatan yang berukuran kecil.
Namun, secara diam-diam, mereka menambah 10 undung-undung lagi, sehingga total ada 24 undung-undung. Sutiyoso melanjutkan, pada 12 Oktober, BIN melalui komite intelijen daerah (Kominda) telah menggelar rapat terakhir bersama bupati Aceh Singkil.
Dalam rapat diputuskan bahwa bangunan tambahan akan ditertibkan. "Nah yang 10 undung-undung mau ditertibkan, sementara satu gereja dan 14 undung-undung ini pun belum selesai proses perizinannya. Inilah kejadiannya kenapa besoknya terjadi aksi seperti itu," ucap mantan gubernur DKI Jakarta tersebut.
Dengan demikian, Sutiyoso sekaligus mengklarifikasi bahwa rumah ibadah yang dibakar hanya satu undung-undung, bukan gereja. Rencana pembakaran rumah ibadah selanjutnya berhasil dicegah aparat.
Sutiyoso mengakui, masalah pembangunan rumah ibadah memang menjadi isu yang sensitif. Karenanya, dia berharap tokoh muslim Aceh Singkil dapat mendinginkan umatnya sehingga tak ada lagi kerusuhan susulan.
"Tokoh-tokoh agama yang biasa mengurus izin tempat ibadah saya harapkan mematuhi ketentuan yang ada. Pemda juga harus memikirkan keberadaan rumah-rumah ibadah itu. Kalau layak ya diizinkan, jangan berlarut-larut dan jadi alibi kelompok garis keras untuk melakukan pengrusakan," ucap Sutiyoso.