REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya menilai pembuatan sandal bertuliskan lafaz Allah terdapat unsur kesengajaan.
Menurut dia tindakan tersebut di luar nalar bisnis karena jelas bahwa produsen sudah mengetahui kemungkinan jika publik menyadari sandal tersebut bertuliskan lafaz Allah, maka produknya tidak akan laku di pasaran.
"Kita tidak tahu apa yang menjadi motif pemilik pabrik ini. Padahal ketika memilih desain ini, dia juga tahu kalau ketahuan publik, maka produksinya akan tidak laku. Hal sensitif seperti ini sangat berpengaruh pada pasar," ungkapnya kepada Republika.co.id, Jumat (16/10).
Kalau kaitannya dengan produk dengan desain lafadz Allah, menurutnya jika dipandang dengan nalar bisnis maka sangat berisiko. Dia meyakini, produsen tidak akan berani melakukan hal tersebut.
Tindakan ini menurutnya sangat kontraproduktif, tidak sesuai dengan nalar bisnis karena sudah pasti tidak menguntungkan bagi usahanya.
Dia melanjutkan, produsen tersebut menurut dia memang berniat untuk melakukan penistaan. Dia berpikir bahwa produsen ingin menunjukkan bagaimana umat Islam sedang berada pada posisi yang amat lemah. Sehingga produsen tersebut bisa melakukan apa saja dengan uang dan wilayah kuasa yang dimilikinya.
"Sejauh ini kita tidak tahu apakah itu adalah rencana sistemik, tapi yang tampak adalah lebih ke interest (kepentingan) pribadi. Dia memiliki interest tidak positif yang ingin dia ekspresikan pada wilayah yang dia punya kuasa, yaitu disitu," katanya memaparkan.