REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun pada Jumat (Sabtu pagi WIB), tertekan oleh dolar AS yang menunjukkan penguatan. Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember turun 4,4 dolar AS, atau 0,37 persen, menjadi menetap di 1.183,10 dolar AS per ounce.
Logam mulia datang di bawah tekanan ketika indeks dolar AS, yang mengukur dolar terhadap sekeranjang mata uang utama, naik 0,07 menjadi 94,50 pada pukul 18.15 GMT. Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka yang dihargakan dalam greenback akan menjadi mahal dan kehilangan daya tariknya bagi investor.
Sebuah laporan yang dirilis oleh Bank Sentral Amerika Jumat (16/10) menunjukkan produksi industri jatuh kurang dari yang diharapkan, menempatkan tekanan lebih lanjut pada emas. Laporan menunjukkan produksi industri turun 0,2 persen pada September, sementara laporan itu juga merevisi angka Agustus dari negatif 0,4 persen menjadi hanya negatif 0,1 persen. Kedua angka tersebut di atas perkiraan pasar.
Sementara itu, waktu yang tepat kenaikan suku bunga pertama juga mempertahankan goyangan pada emas berjangka. Karena peningkatan suku bunga The Fed akan mendorong investor menjauh dari emas menuju aset-aset dengan imbal hasil.
Secara luas diperkirakan bahwa kenaikan suku bunga AS pertama dalam hampir 10 tahun akan terjadi pada awal 2016. Perak untuk pengiriman September turun lima sen, atau 0,31 persen, menjadi ditutup pada 16,114 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari bertambah 16,7 dolar AS, atau 1,66 persen, menjadi ditutup pada 1.023,70 dolar AS per ounce.