REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kualitas udara di Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) sangat fluktuatif. Sebab, kualitasnya dipengaruhi oleh kepekatan kabut asap kiriman akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di provinsi tetangga.
"Sangat fluktuatif. Tergantung sumber apinya," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Koto Tabang, Edison, Sabtu (17/10).
Berdasarkan pantauan GAW Koto Tabang, tingkat konsentrasi aerosol atau partikel debu (PM10) pada pukul 07.00 WIB berada pada angka 64 mikrogram per meter kubik, kategori ISPU Sedang. Monitoring PM10 pada pukul 08.00 WIB meningkat, berada pada angka 102 mikrogram per meter kubik, kategori ISPU Sedang. Monitoring PM10 pada pukul 09.00 WIB menurun, berada pada angka 95 mikrogram per meter kubik, kategori ISPU Sedang.
Monitoring PM10 pada pukul 12.00 WIB berada pada angka 193 mikrogram per meter kubik, kategori ISPU Tidak sehat. Monitoring PM10 pada pukul 13.00 WIB meningkat, berada pada angka 202 mikrogram per meter kubik, kategori ISPU Tidak sehat.
Monitoring PM10 pada pukul 14.00 WIB menurun, berada pada angka 179 mikrogram per meter kubik, kategori ISPU Tidak sehat. Monitoring PM10 pada pukul 15.00 WIB menurun, berada pada angka 169 mikrogram per meter kubik, kategori ISPU Tidak sehat.
Edison menjelaskan, arah angin berasal dari selatan Sumatra menuju tenggara. Sementara itu, kiriman kabut asap akan datang ke Sumbar sekira satu hingga tiga hari pascapeningkatan titik api di Sumatra Selatan (Sumsel).
Dikatakannya, hujan yang sempat mengguyur sebagian wilayah Sumbar, belum mampu menghilangkan kepekatan kabut asap secara maksimal. Sebab, kiriman kabut asap masih berlanjut jika titik api di selatan Sumatra masih muncul.
Sementara itu, Staff Observasi dan Informasi Stasiun GAW Koto Tabang, Albert Nahas menjelaskan, dua hari yang lalu, sebanyak 400 titik panas terpantau di Sumatra Selatan. Hal tersebut yang menyebabkan kabut asap yang menyelimuti Sumbar kembali menebal. "Kiriman asap masih tetap ada, selama titik api di selatan Sumatera masih terpantau," tutur Albert.
Dikatakannya, pada awal Oktober 2015, kualitas udara yang terpantau dari Stasiun GAW Koto Tabang, kategori ISPU Sedang hingga Tidak sehat. "Pantauan titik panas dua sampai lima hari yang lalu berada di atas 100 titik. Sehingga dampaknya kita rasakan sekarang," kata dia menambahkan.