REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain mengatakan, konflik yang meletus di Aceh Singkil diakibatkan oleh pembangunan gereja tak berizin. Namun, konflik itu justru memakan korban umat Islam yang meninggal ditembak oleh oknum Nasrani dengan memakai senjata rakitan untuk memburu babi.
"Meskipun korban yang jatuh berasal dari kalangan umat Islam, namun malah umat Kristen yang mengungsi. Padahal umat Islam itu tak akan membunuh umat beragama lainnya," katanya, Sabtu, (17/10).
Selama ratusan tahun, terang Tengku yang masih keturunan Sultan Tamiang Aceh, masyarakat Aceh tak pernah membunuh orang agama lain. "Kami tak pernah membunuh orang-orang Kristen," katanya.
Dulu saat Belanda angkat kaki dari Tanah Air, gereja peninggalan Belanda oleh masyarakat Aceh diserahkan kepada orang-orang Kristen Ambon. "Haram bagi kami merampas gereja orang lain. Makanya kami serahkan saja kepada orang-orang Ambon."
Gereja yang dibangun Belanda di depan Kantor Gubernur di Medan, terang dia, juga diserahkan kepada orang-orang Kristen Ambon.
Makanya, ujar Tengku, umat Kristen itu mengungsi takut karena dikejar hantu bayang-bayang ketakutan mereka sendiri. Padahal umat Islam Aceh tak akan membunuh mereka.