Ahad 18 Oct 2015 00:44 WIB

Pekerja Cina Serbu Indonesia, Kemandirian Ekonomi Sulit Terwujud

Rep: C25/ Red: Erik Purnama Putra
Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR Bambang Soesatyo (kanan).
Foto: Antara
Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR Bambang Soesatyo (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla mulai mendapatkan penilaian. Rapor buruk banyak menyeruak seiring pemerintahan Jokowi-JK yang rampung memasuki masa jabatan satu tahun.

Sekretaris Fraksi Golkar DPR Bambang Soesatyo mengatakan, Indonesia tidak akan mungkin bisa mewujudkan kemandirian ekonomi, jika sektor-sektor strategis sudah dikuasai pihak asing. Menurut dia, kemandirian ekonomi hanya bisa terwujud kalau pemerintah fokus dalam pembangunan, dan mau melibatkan rakyat di dalamnya.

"Bagaimana bisa tercipta kemandirian ekonomi jika rakyatnya sendiri tidak pernah dilibatkan dan hanya jadi penonton," kata Bambang dalam rilis yang diterima Republika pada Sabtu (17/1).

Bambang menegaskan kondisi tersebut terbukti dengan serbuan tenaga kerja asing saat ini, yang justru menjadi semakin marak terjadi. Dia menekankan, salah satu serbuan para pekerja asing yang sangat terlihat terjadi, adalah serbuan para pekerja dari Cina.

Ia menerangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga menurun, dari angka enam persen sampai menjadi lima persen. Hal itu, lanjut Bambang, sangat dirasakan masyarakat karena harga bahan bakar minyak dan kebutuhan pokok justru naik.

Kondisi itu diikuti angka inflasi serta utang luar negeri yang terus meningkat tajam. "Masyarakat kian terjepit dan susah dalam memenuhi kebutuhan hidup," terang anggota Komisi III DPR tersebut.

Bambang juga menekankan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, yang sempat mencapai ke titik terendah, yaitu Rp 14.700. Menurut Bambang, kondisi itu sangat kontras dengan kabar penguatan nilai tukar rupiah, apabila Joko Widodo berhasil menjadi presiden Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement