REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Sebuah laporan yang dirilis oleh Institut Studi Kuba-Amerika di Universitas Miami baru-baru ini menyebutkan bahwa Pemerintah Kuba telah mengirim pasukan ke Suriah untuk mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad. Atas laporan tersebut Pemerintah Kuba telah membantahnya pada Sabtu (17/10).
Pemerintah Presiden Raul Castro mengatakan laporan tersebut tidak bertanggung jawab dan tidak berdasar. Sementara pejabat kementerian luar negeri Gerardo Penalver menyangkal dan membantah informasi tersebut. "Itu tidak bertanggung jawab dan tidak berdasar mengenai kehadiran pasukan Kuba di Suriah," katanya dalam sebuah pernyataan pemerintah.
Institut Studi Kuba-Amerika di Universitas Miami pada Selasa (13/10) (lalu mengeluarkan laporan yang memang belum dikonfirmasi dari sumber terkait. Laporan mengatakan bahwa pasukan Kuba terlihat di Suriah untuk mendukung Assad dan keterlibatan Rusia di negara itu.
Fox News mempublikasikan laporan lembaga tersebut pada Rabu (14/10), mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya. Ia membenarkan isi laporan tersebut. Cerita ini kemudian beredar di media sosial.
Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan pada hari Kamis (15/10), Pemerintah AS tidak melihat ada bukti yang menunjukkan laporan itu benar.
Dalam sejarah sebelumnya, Kuba pernah mengirim pasukan ke Afrika untuk mendukung pemerintahan kiri di Angola dan Ethiopia pada 1970-an dan 1980-an. Setelah itu Kuba terlepas dari aksi militer di luar negeri.