REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Turki siap membuka semua ruang kerja sama untuk membantu Uni Eropa mengatasi krisis pengungsi. Perdana Menteri Ahmet Davotoglu menyatakan hal itu dalam sebuah pertemuan dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, Ahad (18/10) kemarin.
“Dunia sedang menghadapi krisis di luar kendali,” kata Merkel. Ia menambahkan, kerja sama antara pemerintah Jerman dan Turki harus dilakukan secara memadai untuk mengatasi arus masuknya pengungsi.
Kanselir Jerman juga menyatakan bersedia untuk membantu akses Turki terhadap Uni Eropa dengan membuka negosiasi ekonomi dan kebijakan moneter. Beberapa insentif ekonomi dan politik untuk Ankara akan diambil demi menekan masuknya pengungsi ke Uni Eropa.
Davotoglu mengatakan, penting untuk menemukan resolusi konflik Suriah dan memastikan akhir dari krisis pengungsi terburuk sejak Perang Dunia II ini. Ia menegaskan kembali sikap Turki untuk membangun zona aman di Suriah utara demi menghindari gelombang baru migran.
Sejauh ini, ada 2,5 juta pengungsi di Turki. Negara itu telah menghabiskan 8 miliar dolar AS untuk pengungsi, sementara dukungan dari negara-negara di dunia hanya sebesar 417 juta dolar. Uni Eropa kemudian berencana menawarkan bantuan ekonomi dan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi di Turki.
Dalam rencana yang dipaparkan Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Junker kepada Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan di Brussels pada 5 Oktober terungkap, Uni Eropa menawarkan bantuan kemanusiaan sebesar 1,13 miliar dolar dari angka 3 miliar dolar yang diminta Turki.
Selain itu, para pemimpin Uni Eropa sepakat untuk mempercepat proses liberalisasi visa bagi warga negara Turki yang ingin mengunjungi 28 negara zona Schengen jika Turki berhasil mengurangi aliran pengungsi ke Eropa.