Selasa 20 Oct 2015 01:37 WIB

Setahun Jokowi, Soliditas Pemerintah Jadi Pertanyaan

Rep: Agus Raharjo/ Red: Indira Rezkisari
Presiden Joko Widodo
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintahan Presiden Joko Widodo tepat berumur setahun pada 21 Oktober 2015. Selama setahun pemerintahannya, ada catatan soal ketidakharmonisan di internal pemerintah yang dinilai mengganggu kerja eksekutif.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Dwi Ria Latifa mengatakan kinerja Jokowi dinilai sudah maksimal. Meskipun, apa yang dikerjakan belum memenuhi harapan masyarakat. Sebagai partai pengusung pemerintahan, PDIP tetap konsisten memberikan kritik dan penilaian terhadap kinerja Jokowi.

Bukan berarti merecoki, tapi lebih untuk menjaga kinerja pemerintah berada dalam jalur yang tepat dan sesuai dengan harapan masyarakat. Dari penilaian PDIP, ada beberapa persoalan yang membuat kinerja Jokowi masih belum memenuhi harapan. Yang paling terlihat, kata Dwi Ria, adalah soal kegaduhan di internal pemerintah sendiri. Pemerintah terlalu banyak mengumbar adu mulut atau debat diantara sesama pembantu presiden. Jadi, ada persoalan serius soal koordinasi antar menteri. Diantara sesama pembantu presiden, seharusnya tidak terlalu menonjolkan perbedaan pendapat di ruang publik.

“Lebih baik dibahas di rapat kabinet, tidak perlu saling teriak, karena menambah kebingungan masyarakat,” kata Dwi Ria di kompleks parlemen Senayan, Senin (19/10).

Kondisi ini mengakibatkan kesan yang ditangkap oleh masyarakat adalah kesan ketidakkondusifan situasi. Padahal, kondisi yang kondusif ini sangat dibutuhkan untuk kepercayaan masyarakat pada pemerintah. Selain soal kesolidan di internal pemerintah, PDIP juga menilai Jokowi masih memiliki catatan buruk dalam penegakan hukum. Seringkali kebijakan politik menabrak prosedur penegakan hukum yang berlaku.

Menurut anggota komisi III DPR RI ini, penegakan hukum menjadi catatan negatif yang juga paling terlihat selama setahun kepemimpinan Jokowi. Masalah penegakan hukum juga terlihat dari kesan ketidakakuran antar lembaga penegak hukum sendiri. Lalu, catatan PDIP yang ketiga adalah soal penanganan hal-hal yang sifatnya insidental oleh Jokowi terkesan masih lamban. Salah satu yang paling terasa saat ini adalah soal kasus asap yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan.

“Padahal, ini terjadi setiap tahun, seharusnya penanganan dilakukan lebih dini, jangan seperti sekarang rakyat menjadi korban,” kata dia.

Namun, PDIP menganggap, pemerintahan Jokowi baru tahap awal. Jadi, sebagai partai pengusung, PDIP minta pada masyarakat agar memberi kesempatan pada Jokowi untuk menunjukkan kinerja positifnya. Kalaupun memang masih kinerja yang dinilai kurang maksimal, harus diberi masukan dan kritik yang membangun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement