REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (20/10) atau peringatan setahun pemerintahan Jokowi-JK, bergerak melemah sebesar 124 poin menjadi Rp 13.634 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.510 per dolar AS.
"Secara umum dolar AS menguat terhadap mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah. Dini hari tadi, indikator perumahan Amerika Serikat yang membaik mampu melanjutkan penguatan dolar AS," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa (20/10).
Ia menambahkan bahwa tekanan eksternal baik dari penurunan harga komoditas serta sentimen perlambatan perekonomian global juga masih akan membayangi laju pergerakan rupiah ke depannya.
Tetapi, menurut dia, potensi rupiah kembali berbalik arah menyusul adanya harapan penundaan kenaikan suku bunga the Fed hingga tahun depan. Apalagi, ditambah dengan sentimen dari dalam negeri mengenai angka produk domestik bruto (GDP) pada kuartal ketiga 2015 yang diperkirakan pemerintah membaik hingga 4,8-5 persen secara tahunan.
"Sentimen itu akan menjadi salah satu faktor penting bagi arah pergerakan rupiah ke depan," katanya.
Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman menambahkan bahwa langkah proaktif oleh pemerintah melalui paket-paket kebijakan ekonomi diharapkan dapat dieksekusi dan diimplementasi dengan efektif sehingga akan memberikan efek domino dan mendorong daya beli konsumen di dalam negeri.
"Ketika hal itu terjadi, investor akan yakin terhadap pemerintah akan mampu mendorong ekonomi domestik dan potensi investor masuk ke Indonesia akan terbuka," katanya.
Hal itu, lanjut dia, tidak menutup kemungkinan dana asing akan masuk yang akhirnya akan membuat nilai tukar rupiah menguat dan relatif stabil terhadap dolar AS.