REPUBLIKA.CO.ID, AKARTA -- Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia Derom Bangun mengatakan, produksi sawit pada 2016 mendatang masih meningkat. Peningkatan produksi ini disebabkan oleh adanya tanaman-tanaman baru yang produktif.
"Ada tanaman-tanaman baru yang tadinya belum produktif, tahun depan menjadi produktif," ujar Derom di Jakarta, Selasa (20/10).
Derom menjelaskan, adanya El Nino secara menyeluruh memberikan dampak penurunan produksi di sejumlah daerah seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan mencapai 5 persen. Kondisi kemarau panjang ini mempengaruhi pertumbuhan ukuran buah sawit menjadi lebih kecil. Selain itu, pembentukan bunga betika agak berkurang karena kekurangan air.
Menurut Derom, awalnya pertumbuhan produksi sawit pada 2016 diprediksi bisa naik sampai 2 juta ton. Namun, karena adanya El Nino maka pertumbuhan produksinya diperkirakan hanya mencapai 1,5 juta ton.
"Artinya, tahun ini produksi sekitar 31,5 juta ton dan pada 2016 mungkin hanya 33 juta ton," kata Derom.
Derom optimistis penyerapan pasar sawit pada 2016 mendatang masih positif, karena sawit menyumbang kebutuhan minyak nabati terbesar di dunia. Derom menjelaskan, sekitar 2.000-an kebutuhan minyak nabati bertambah sekitar 4 juta ton setiap tahun dan penyumbang terbesar yakni sawit, kedelai, serta bunga matahari.
Indonesia dan Malaysia merupakan penyumbang kebutuhan minyak sawit terbesar di dunia. Selain itu, tren ekspor minyak sawit Indonesia pada 2015 meningkat dari tahun sebelumnya. Sawit mengambil porsi 31 persen terhadap kebutuhan minyak nabati dunia.
Pada tahun ini kebutuhan minyak sawit dunia mencapai 58 juta ton, dengan demikian potensi ekspor sawit Indonesia masih terbuka lebar. Derom mengatakan, sampai lima tahun ke depan sawit diprediksi masih menyumbang kebutuhan minyak nabati yang terbesar.
"Dari kebutuhan minyak nabati dunia, Indonesia menyumbang sekitar 45 persen," kata Derom.