REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Masyarakat Suku Bajo mengandalkan kawasan pesisir sebagai tempat mencari mata pencaharian utama. Akan tetapi, pendidikan maritim dinilai masih sulit diakses anak-anak Suku Bajo. Oleh karena itu, komunitas setempat membuat pendidikan alternatif agar pengetahuan maritim tetap bisa dirasakan anak-anak Suku Bajo.
Sektor pendidikan dinilai menjadi permasalahan besar yang harus diselesaikan. Saat ini, banyak anak-anak Suku Bajo yang putus sekolah karena akses yang cukup sulit untuk mendapatkan pendidikan di luar kawasan pemukiman. Hal ini mengakibatkan tingginya masalah buta huruf pada masyarakat Bajo.
Presiden Kekar Bajo Abdul Manan menjelaskan, kebanyakan anak Suku Bajo memang kesulitan untuk bersekolah jauh dari pemukiman. Hal ini karena anak Suku Bajo kerap membantu orang tua mereka mencari ikan ke tengah laut.
Komunitas dari Suku Bajo pun mulai menerapkan sistem pendidikan nonformal. Cara belajar-mengajarnya tidak menggunakan sepenuhnya konsep dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Masyarakat Bajo justru menjalankan sistem pendidikan mengikuti kebudayaan dan keseharian mereka, tanpa mengesampingkan melaut.
"Kita kembangkan sekolah on-off. Jadi saat laut sedang pasang atau bagus untuk mencari ikan, anak-anak akan pergi melaut. Namun jika cuaca buruk, mereka kembali lagi ke sekolah untuk belajar," ujar Abdul Manan dalam Seminar on Bajo-Sea Nomad in Asia Pasific, di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (20/10).
Menurut Manan, sejauh ini sekolah on-off yang diberlakukan di beberapa pesisir tempat pemukimanan Suku Bajo terbilang cukup efektif. Hasilnya anak-anak Bajo mampu menerapkan ilmu yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari, dan tak kalah pentingnya tidak begitu menggangu proses mencari ikan di laut.
Manan menyebut, memang belum semua Suku Bajo menerapkan pendidikan dengan sistem on-off. Ke depan, Manan berharap pemerintah pusat maupun daerah bisa mendukung dan membantu sistem pendidikan yang diterapkan, sehingga sekolah maritim bisa sangat bermanfaat bagi masyarakat pesisir khususnya anak Bajo tidak terhindar dari buta huruf karena tidak bersekolah. "Yang penting ada keterbukaan dalam sistem ini sehingga proses belajar-mengajar bisa meningkatkan ilmu dan perekonmian suku baju ke depannya," ungkap Manan.