REPUBLIKA.CO.ID,MEDAN -- Robot penyelam dan peralatan geo survey yang digunakan tim Basarnas tidak dapat menemukan helikopter tipe EC-130 PK-BKA dan empat penumpang yang hilang di perairan Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
"Selama pencarian dalam dua hari ini, hingga terakhir Selasa (20/10) robot penyelam atau Remote Operated Vehicle (ROV) dan peralatan geo survey milik BPTT itu, kosong atau nihil," kata Humas Kantor SAR Medan Hisar Turnip dihubungi dari Medan, Selasa.
Namun, menurut dia, kedua peralatan pemantau yang cukup canggih itu telah berusaha secara maksimal mencari penumpang dan helikopter tersebut.
"Basarnas tetap bekerja dengan baik, dan tidak hanya menggunakan personel TN AD, TNI AL, dan Polri, tetapi juga mencari solusi dengan menurunkan peralatan berupa mesin yang dapat mendeteksi situasi di dasar Danau Toba," ujar Hisar.
Ia menjelaskan, peralatan penyelam berbentuk roket itu sudah lama didatangkan Basarnas dari Jakarta, dan mulai digunakan pada Senin (19/10)
Peralatan penyelam itu mampu memantau bagian dasar Danau Toba dengan kedalaman 300-800 meter lebih. Selain itu, geo survey juga mampu memantau dengan jarak 200 meter dibawah perairan Danau Toba.
Kedua peralatan tersebut dioperasikan di perairan Danau Toba wilayah Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir. "Tim Basarnas akan mengembalikan kedua peralatan yang telah selesai digunakan itu ke Jakarta," katanya.
Sebelumnya, penumpang helikopter yang selamat yakni Fransiskus Subihardayan (22) warga Dusun Tegal Bojan, Sleman, Yogyakarta, ditemukan tim SAR pada Selasa (13/10) pukul 13.00 WIB di sela-sela eceng gondok di perairan Danau Toba.
Lokasi tersebut berada di Desa Sitinjak atau sekitar lima mil dari Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir.
Helikopter milik PT Penerbangan Angkasa Semesta (PAS) terbang Minggu (11/10) sekitar pukul 11.00 WIB dari Sihotang, Kabupaten Samosir tujuan Bandara Internasional Kualanamu, Kabupaten Deli Serdang.
Helikopter yang dikemudikan pilot Teguh Mulyatno dan diisi teknisi Heri Purwantono dan tiga penumpang Nurhayanto, Sugianto, dan Fransiskus Subihardayan itu hilang kontak sebelum tiba di Bandara Kualanamu.